Home » , » Ujian Sekolah di SDLB Widya Bhakti Jumlah Siswa Cuma 4, Pengawas 2 Orang

Ujian Sekolah di SDLB Widya Bhakti Jumlah Siswa Cuma 4, Pengawas 2 Orang

Written By p3joeang45 on Rabu, 11 April 2012 | 19.49

Para siswa SDLB Widya Bhakti Semarang sesaat setelah mengerjakan soal ujian sekolah
SEMARANG-APA jadinya jika semua peserta ujian sekolah (US) adalah tuna rungu? Apakah guru dan pengawas tak mengalami kesulitan berkomunikasi? Ujian dengan kondisi itu terjadi di SDLB-B (tuna rungu) Widya Bhakti Semarang, kemarin. 

Kepala Sekolah Sri Umbarwati mengatakan, US hanya diikuti empat siswa. Teknis pelaksanaannya seperti sekolah lainnya,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.

Dikatakan, sejauh ini tidak ada kendala yang dialami dalam pelaksanaan US. “Siswa kami tidak bisa mendengar sehingga komunikasi agak sulit. Soal yang kami berikan tidak sesulit jika di sekolah umum,” urainya.us

Materi soal hampir sama. “Kalau materinya hampir sama, yang kami bedakan hanya jenis soal saja,” jelasnya.

Misalnya, jika pada mata pelajaran matematika, ada materi tentang volume balok, maka yang diubah adalah angka yang digunakan untuk soal. “Misalnya harus menghitung angka-angka yang ada, maka kami akan memilihkan angka yang sekiranya mudah untuk dibagi,” jelasnya.

Soal ujian sekolah memang dibuat sekolah masing-masing. “Yang bikin guru sendiri. Namun demikian, para siswa tetap kami siapkan untuk belajar materi yang kami berikan,” jelasnya.

Pembuatan peraturan sekolah dan penentuan standar ketuntasan minimal (SKM) juga melibatkan orangtua siswa. “Meski sekolah kami berbeda dengan sekolah lain, kami tetap mengacu para peraturan yang diterapkan pemerintah. Kalau memang satu ruangan harus dijaga dua pengawas, maka kami ikuti meskipun yang mengikuti hanya empat siswa,” jelasnya.

Selama US berlangsung, siswa kelas satu hingga lima diliburkan hingga Kamis. “Di sekolah umum, pelaksanaan US hingga Jumat. Di sekolah hanya sampai Kamis,” jelasnya.

Yang membedakan adalah tidak ada mata pelajaran bahasa Jawa. “Di sekolah kami tidak ada mata pelajaran bahasa Jawa. Karena untuk mengajarkan bahasa Indonesia saja sudah sulit,” jelasnya.

Usia siswa yang mengikuti ujian berkisar 13 hingga 14 tahun. “Tidak beda jauh dengan dengan siswa kelas enam SD pada umumnya,” jelasnya. (awi/16)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger