Home » » Dulu Mencari Sekarang Menolak

Dulu Mencari Sekarang Menolak

Written By Harian Semarang on Rabu, 27 Oktober 2010 | 07.59

Dulu kekurangan siswa sehingga harus mencari. Sekarang terpaksa menolak siswa karena sudah
melebihi kuota.

Peristiwa tersebut terjadi hampir setiap tahun di SDN Pandean Lamper 10. Kepala sekolah setempat, Sudarno menjelaskan, banyaknya orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya di SD tersebut karena meningkatnya kualitas sekolah.

“Dulu kami selalu kekurangan siswa, Karena memang banyak sekali sekolah di kawasan ini, ada sekitar lima hingga enam sekolah. Pesaingnya banyak sekali,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Gajah Barat IV, kemarin.

Sudarno mengatakan, jika dulu sekolah hanya membuka satu kelas, sekarang setiap tingkat dibuka dua kelas.

“Hal itu sudah kami lakukan sejak empat tahun yang lalu. Itu juga karena banyaknya orangtua siswa yang meminta sekolah menambah kuota siswa. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan dinas pendidikan, kami diperbolehkan menambah jumlah kelas,” ujarnya.

Itupun, dijelaskan Sudarno masih melebihi kuota. “Karena satu kelas mestinya dihuni 35 hingga 40 siswa. Namun karena banyaknya jumlah pendaftar, kami menerima 90 siswa untuk dua kelas,” lanjutnya.

Dirinya menambahkan setiap tahun siswa yang mendaftar SDN Pandean Lamper 10 mencapai 200 anak. “Jadi kami harus selektif memilih mana yang memenuhi standar,” imbuhnya.

Dijelaskan, kualitas sekolah tersebut salah satunya terlihat dari seringnya siswa SDN Pandean Lamper 10 menjadi juara siswa berprestasi. “Bahkan siswa sini sering menjadi wakil kecamatan Gayamsari untuk mengikuti lomba siswa berprestasi, baik putra maupun putri,” jelasnya.

Sekolah juga pernah menjuarai lomba gugus tingkat kota sebagai juara II. “Sedangkan untuk UASBN, kami sering menduduki peringkat kedua atau ketiga untuk tingkat kecamatan,” imbuhnya.

Untuk mencapai hal tersebut, Sudarno mengatakan, salah satu sistem yang sering diterapkan adalah diadakannya studi banding untuk guru-guru ke sekolah-sekolah yang unggul.

“Kami melakukan studi banding setiap tahun. Kota yang pernah kami kunjungi antara lain Yogyakarta dan Magelang,” terangnya.

Studi banding dimanfaatkan untuk menimba ilmu. “Kami mengunjungi sekolah yang memiliki peringkat bagus dan kualitas tinggi,” lanjutnya.

Mengenai jam tambahan pelajaran, Sudarno mengatakan, langkah tersebut hampir sama seperti yang dilakukan oleh sekolah-sekolah lain.

“Tidak jauh berbeda dengan sekolah yang lain, hanya saja, selain tambahan jam pelajaran secara kolektif, sekolah juga mengadakan pembinaan khusus untuk anak yang kurang pandai,” paparnya.

Mengenai anak yang kurang pandai, Sudarno mengatakan dari 427 siswa, yang tergolong anak kurang pandai tidak lebih dari 5%. “Jumlahnya tidak lebih dari 10 siswa,” terangnya.

Selain memberikan pembinaan, sekolah juga melakukan pendekatan kepada orangtua. “Orangtua kami minta membimbing anaknya selama di rumah. Karena banyak siswa yang menggunakan jam belajar di rumah untuk bermain,” paparnya. (aris)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger