ROKET AIR: Peserta dari salah satu SD meluncurkan roket air dalam lomba di SMPN 2 Demak, kemarin |
SEDIKITNYA 414 siswa kelas VI sekolah dasar dari 62 SD se-Kabupaten Demak mengikuti lomba smart contest. Mereka bertanding mengerjakan soal-soal mata pelajaran (mapel) matematika, IPA, dan IPS dengan tingkat kesulitan soal 60 persen.
Dari 225 peserta lomba IPA rencananya akan diambil 20 besar dari pemenang dengan nilai terbaik. Demikian juga 165 peserta olimpiade mapel matematika diambil 20 besar, hanya 24 peserta IPS dambil 10 besar.
Para peserta yang masuk nominasi akan ditandingkan kembali untuk meraih peringkat kejuaraan dengan tingkat kesulitan 80 persen. "Penyelenggaraan olimpiade untuk promosi PPDB sekaligus membantu siswa dalam menghadapi Ujian Nasional," kata Infokom SMPN 2 Demak, Mulyadi, kemarin.
Sedangkan lomba roket air, merupakan lomba karya ilmiah remaja (KIR). Panitia hanya menyediakan alat luncur dan landasan landing roket. Peserta harus membuat sendiri roket agar bisa terbang dan turun sesuai target landasan.
Sedikitnya 22 siswa SD yang terbagi dalam 11 kelompok meluncurkan roket air. Dengan tenaga dari air dan angin dari hasil kompresi pompa angin roket bisa meluncur ke arah target (landasan) yang terbagi dalam lingkaran dengan poin yang berbeda.
Menurut Kepala SMPN 2 Demak Tresyono dalam olimpiade juga dikenalkan profil SMPN 2 Demak, yang berkurikulum RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) namun biaya pendidikan sangat murah. "Bahkan SMPN 2 Demak RSBI paling murah se-Jawa Tengah," ungkap Tresyono.
Walau biaya sekolah murah namun prestasinya tak mau kalah dengan sekolah RSBI lain. Rendahnya biaya RSBI di SMPN 2 Demak selain masih menerima subsidi dari pemerintah selama 5 tahun, juga akibat disesuaikan dengan daya beli warga Demak. Bahkan kuota 20 persen untuk siswa miskin disediakan sebagi bentuk kepedulian.
Kendati demikian tak sedikit warga masih memandang biaya seklah di SMPN 2 Demak mahal. Bila dihitung biaya tersebut tidak sebepara dibanding kualitas siswa yang dicetak dari sekolah tersebut. Seperti biaya SPI (sumbangan peningkatan institusi) dan seragam hanya Rp 3 juta itu pun hanya ditarik sekali saja.
Sementara biaya operasional pendidkan setiap bulan hanya Rp 25 ribu per-siswa. "Jadi siswa miskin yang berprestasi bisa sekolah di SMPN 2 Demak," sambung Treyono.
Apalagi para siswa mengadakan Dana Setiakawan senilai Rp 500 sampai Rp 1.000 per-siswa yang dikumpulkan setiap hari Jumat untuk membantu biaya transpor siswa yang tak mampu. Sehingga bukan mustahil siswa miskin bisa sekolah di sekolah RSBI. (swi/16)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.