Home » , , , » SYUTING: Proses syuting salah-satu adegan film “Sanubari Jakarta”

SYUTING: Proses syuting salah-satu adegan film “Sanubari Jakarta”

Written By Sena on Rabu, 23 Mei 2012 | 17.31


Bedah Film Sanubari Jakarta (upper)
(harsem/dok)


Kritisi  Gerakan Syahwat Merdeka
Centre For Islamic Studies Undip belum lama ini menggelar Kajian Diskusi  dengan tema “Bedah Film Sanubari Jakarta : Gerakan Syahwat Merdeka”. Acara yang diselenggarakan Minggu (13/5) tersebut, menghadirkan sejumlah pembicara. Di antaranya, Wakil Ketua ICMI Adityawiyarman serta Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Fuad Mas’ud.
Pada kesempatan tersebut, Adityawiryaman menyatakan keprihatinannya atas kemunculan film tersebut. Dirinya mengatakan, film ini merupakan salah satu propaganda isu ke masyarakat untuk menerima adanya fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
Dapat dilihat dari poster pemutaran film yang beredar di kampus-kampus. Di dalam poster berukuran A3 berwarna pink tersebut terdapat gambar barisan lambang perempuan dan laki-laki yang berurutan, namun di tengah-tengah urutan yang teratur tersebut terdapat gambar lambang laki-laki dan perempuan yang acak (tidak sesuai dengan urutan) yang ditandai dengan warna yang berbeda. Ini menggambarkan kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender. Film yang terdiri dari 10 film pendek yang masing-masing berdurasi 10 menit ini bercerita tentang gaya hidup kaum LGBT.
Sementara itu, Fuad Ma’ud mengatakan respon atas film ini bisa menjadi salah satu indikator budaya yang tercermin dari masyarakat. “Jika pemutaran film ini tidak dicegah bisa jadi mempengaruhi pandangan dan cara berpikir masyarakat yang bertolak belakang dengan prinsip Islam,” jelasnya.

Karena film merupakan sarana untuk menyebarkan nilai-nilai. “Dan film Sanubari Jakarta mempunyai nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kebudayaan lokal Indonesia,” jelasnya.

Imbangi Wacana
Pada kesempatan yang sama, ketua penyelenggara kajian diskusi tersebut, Udhi mengatakan, agenda diskusi ini sengaja dilakukan untuk mengimbangi wacana yang ada di masyarakat mengenai film tersebut. 

“Film ini bisa merubah mindset masyarakat bahwa fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender ini menjadi sesuatu yang lumrah, padahal sejatinya LGBT ini merupakan suatu penyakit masyarakat yang harus disembuhkan. Bahkan di kalangan Barat sendiri pun fenomena ini masih menjadi perdebatan apakah diizinkan tidaknya perkawinan sesama jenis,” tandasnya. (awi/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger