Indarto (JBSM/dok) |
SEMARANG- Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) menjadi suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan berkelanjutan. Namun banyak perusahaan di Indonesia kurang efektif dalam mengimplementasikan GCG.
Hal diungkapkan dosen USM, Indarto SE MSi dalam Disertasinya pada ujian terbuka doktor Fakultas Ekonomi Undip, baru-baru ini.Indarto mempertahankan disertasi dengan judul ''Peran Mekanisme Good Corporate Governance dan Budaya Organisasi dalam Menciptakan Kecerdasan Kolektif untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing dan Kinerja Berkelanjutan''.
Di depan Promotor, Prof Dr Miyasto SU, Co Promomotor I, Prof Dr Sugeng Wahyudi MM, dan Co Promotor II, Prof Dr Augusty Tae Ferdinand MBA, Indarto mengatakan, tidak efektifnya implementasi GCG di Indonesia disebabkan oleh perusahaan masih terfokus pada kinerja jangka pendek (profit jangka pendek), masih sebatas memenuhi tuntutan kepatuhan pada regulasi,kegagalan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan masih rendahnya orientasi terhadap etika dalam bisnis.
Selain itu juga kegagalan perusahaan dalam meredam konflik dan membangun sinergi dari para stakeholder-nya, serta kurangnya keterbukaan informasi dan belum menempatkan budaya sebagai dasar membangun GCG.
''Singkatnya, belum terwujud kecerdasan kolektif dalam proses implementasi GCG
di Indonesia,'' kata Indarto.
Menurutnya, penelitiannya ini mendasarkan pada Resource Based View dan Agency theory. Proposisi baru pada penelitian ini adalah proposisi kecerdasan kolektif yang merupakan kapabilitas organisasi yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas implementasi GCG dan budaya organisasi untuk mewujudkan keunggulan bersaing dan kinerja berkelanjutan.
Kecerdasan kolektif menunjuk pada kemampuan berpikir dan bertindak visioner, inovatif, aspiratif dan etis yang dilandasi oleh nilai-nilai kebersamaan dan keharmonisan. Kecerdasan kolektif diproksi dengan inovasi bisnis etis dan kolaborasi harmonis.
''Dalam penelitian ini terbukti bahwa kecerdasan kolektif mampu berperan dalam menciptakan keunggulan bersaing dan kinerja berkelanjutan melalui berkurangnya risiko keagenan, terciptanya hubungan harmonis dari seluruh stakeholder sehingga semua stakeholder merasa yakin dengan pertaruhannya di perusahaan.
Hal diungkapkan dosen USM, Indarto SE MSi dalam Disertasinya pada ujian terbuka doktor Fakultas Ekonomi Undip, baru-baru ini.Indarto mempertahankan disertasi dengan judul ''Peran Mekanisme Good Corporate Governance dan Budaya Organisasi dalam Menciptakan Kecerdasan Kolektif untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing dan Kinerja Berkelanjutan''.
Di depan Promotor, Prof Dr Miyasto SU, Co Promomotor I, Prof Dr Sugeng Wahyudi MM, dan Co Promotor II, Prof Dr Augusty Tae Ferdinand MBA, Indarto mengatakan, tidak efektifnya implementasi GCG di Indonesia disebabkan oleh perusahaan masih terfokus pada kinerja jangka pendek (profit jangka pendek), masih sebatas memenuhi tuntutan kepatuhan pada regulasi,kegagalan beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan masih rendahnya orientasi terhadap etika dalam bisnis.
Selain itu juga kegagalan perusahaan dalam meredam konflik dan membangun sinergi dari para stakeholder-nya, serta kurangnya keterbukaan informasi dan belum menempatkan budaya sebagai dasar membangun GCG.
''Singkatnya, belum terwujud kecerdasan kolektif dalam proses implementasi GCG
di Indonesia,'' kata Indarto.
Menurutnya, penelitiannya ini mendasarkan pada Resource Based View dan Agency theory. Proposisi baru pada penelitian ini adalah proposisi kecerdasan kolektif yang merupakan kapabilitas organisasi yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas implementasi GCG dan budaya organisasi untuk mewujudkan keunggulan bersaing dan kinerja berkelanjutan.
Kecerdasan kolektif menunjuk pada kemampuan berpikir dan bertindak visioner, inovatif, aspiratif dan etis yang dilandasi oleh nilai-nilai kebersamaan dan keharmonisan. Kecerdasan kolektif diproksi dengan inovasi bisnis etis dan kolaborasi harmonis.
''Dalam penelitian ini terbukti bahwa kecerdasan kolektif mampu berperan dalam menciptakan keunggulan bersaing dan kinerja berkelanjutan melalui berkurangnya risiko keagenan, terciptanya hubungan harmonis dari seluruh stakeholder sehingga semua stakeholder merasa yakin dengan pertaruhannya di perusahaan.
Selain itu juga memampukan perusahaan dalam membangun sumber daya dan kapabilitas unik yang menjadi sumber keunggulan, meningkatkan efektivitas GCG dan membantu mentransformasi
pengetahuan kedalam praktek-praktek bisnis terbaik serta terbangunnya reputasi perusahaan yang baik.
Dalam ujian tersebut dosen FE USM kelahiran Magelang, 15 Mei 1969 itu dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. (B18/jbsm14)
pengetahuan kedalam praktek-praktek bisnis terbaik serta terbangunnya reputasi perusahaan yang baik.
Dalam ujian tersebut dosen FE USM kelahiran Magelang, 15 Mei 1969 itu dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. (B18/jbsm14)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.