PESANTREN KILAT: Sekretaris Badan Pengelola MAJT, Drs Agus Fathuddin
Yusuf membuka Pesantren Kilat yang diselenggarakan Risma JT, 4-5
Agustus. (Harsem/JBSM) |
WAKTU
untuk belajar agama dalam Pesantren Ramadan memang sangat terbatas, 4-5
Agustus. Waktu belajar efektif pun hanya sekitar 27 jam. Meski demikian
tidak mengurungkan niat ratusan pelajar SMP dan SMA sederajad ini.
Berkumpul untuk belajar dan berdiskusi bersama.
UNTUK kesekian kalinya, Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Risma JT) menyelenggarakan wadah tholabul ilmi. Mengingat pentingnya usia-usia remaja membekali diri menyonsong masa dewasa. Terlebih lagi, sepuluh atau dua puluh tahun ke depan mereka akan menjadi pemimpin keluarga, atau bahkan dalam sekup yang lebih besar.
UNTUK kesekian kalinya, Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Risma JT) menyelenggarakan wadah tholabul ilmi. Mengingat pentingnya usia-usia remaja membekali diri menyonsong masa dewasa. Terlebih lagi, sepuluh atau dua puluh tahun ke depan mereka akan menjadi pemimpin keluarga, atau bahkan dalam sekup yang lebih besar.
"Merupakan sebuah kebanggaan, remaja-remaja Islam mengikuti kegiatan keilmuan seperti ini. Bekal yang bagus untuk masa depan," Ujar Sekretaris Badan Pengelola MAJT, Drs Agus Fathuddin Yusuf pada peserta.
Waktu yang singkat menjadikan pesantren disebut kilat, namun ia mengharapkan ilmu yang diperoleh tidak kilat. Ilmu harus benar-benar dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan nyata. Meski sebenarnya pada saat diselenggarakannya kegiatan tersebut, peserta bisa langsung mengamalkan tuntunan bersilaturohmi. Satu sama lain saling berkomunikasi.
Terlebih
lagi, mereka nantinya juga akan terjun langsung untuk berdakwah di
masyarakat. "Gunakan masa muda sebelum datang masa tua," nasihat pria
yang saat ini tengah menempuh studi di Nanchang University China ini.
Meski acara diberi nama pesantren, namun tidak melulu ilmu agama yang dipelajarai. Peserta memang memperoleh materi tafsir surat Al Fatihah, namun juga diberikan bekal pendidikan toleransi, pendidikan karakter, serta training motivasi untuk keberhasilan pendidikan. "Materi-materi yang diperoleh peserta barangkali tidak didapat di sekolah mereka. Sehingga, harapannya mereka bisa cerdas secara intelektual dan sosial," kata Ketua Risma JT, Ahsan Fauzi.
Ahsan menjelaskan, ratusan siswa tersebut tidak hanya berasal dari Kota Semarang, namun ada juga yang berasal dari wilayah sekitarnya. Mereka juga berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Harapannya, tetap ada interaksi dan silaturohmi meski nantinya pesantren kilat telah usai.
Salah satu peserta yang berasal dari SMK 7 Semarang, Muhammad Mansyur mengatakan, ada lima siswa yang berasal dari sekolahnya.
Ia
sendiri telah dua kali mengikuti pesantren kilat, setelah tahun 2010
lalu. Ia mengaku senang karena materi-materi yang diperoleh sangat bagus
dan sesuai dengan kebutuhan remaja. "Selain ilmu agama, juga dapat
teman yang banyak dari sekolah lain," kata siswa kelas XII ini. (Hanung
Soekendro/JBSM/12)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.