Home » , , » Seminar ASEAN di Unwahas Mahasiswa Brunei Pun Suka Tahlilan

Seminar ASEAN di Unwahas Mahasiswa Brunei Pun Suka Tahlilan

Written By p3joeang45 on Jumat, 16 Desember 2011 | 18.31

Rektor Noor Ahmad sedang berpidato, adapun Dirjen Kemenlu Ade Padmo Sarwono duduk paling kanan

TAK ada hambatan budaya di antara negara-negara ASEAN. Ini mempermudah dilakukannya pertukaran mahasiswa di antara negara di kawasan Asia Tenggara. Demikian dinyatakan Rektor Unwahas Noor Ahmad, saat memberi sambutan dalam seminar nasional “Mengenal Masyarakat ASEAN 2015: Sosialisasi Hasil KTT 19th ASEAN” di aula kampus tersebut, Jl Menoreh Raya Semarang, kemarin.

Noor Ahmad mengatakan, bangsa-bangsa ASEAN merupakan satu peradaban, budayanya juga relatif sama. Di Brunei atau Malaysia, warganya juga suka tahlilan, manaqiban maupun dzibaan. Persis umat muslim Indonesia. Kekayaan budaya semacam itu, menurutnya, menjadi pemupuk keakraban lewat pertukaran mahasiswa.

“Pertukaran mahasiswa tidak harus di kampus. Bisa pula dengan dikirim ke desa untuk menyatu dengan kebudayaan masing-masing. Terlebih sama model keberagamaannya, di Indonesia, Brunei, dan Malaysia. Mahasiswa yang bisa mimpin tahlil akan saya kirim ke Brunei atau Malaysia nanti,” ujarnya bercanda sambil melambaikan tangan kepada mahasiswa hadirin.

Seminar dihadiri 500-an orang dari unsur pelajar, mahasiswa dan aktivis organisasi. Diselenggarakan atas kerjasama Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI dengan Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unwahas. 

Direktur Politik-Keamanan Kemenlu RI, Ade Padmo Sarwono selaku pembicara utama menyampaikan, para pemimpin negara-negara ASEAN memiliki semangat baru untuk mewujudkan kesejahteraan dan perdamaian.

Pada 2009 lalu, paparnya, para pemimpin ASEAN mufakat mempercepat visi ASEAN 2020 menjadi Masyarakat ASEAN 2015.  Perwujudannya ditopang tiga pilar utama, yaitu sosial budaya, ekonomi dan politik keamanan.

“Para pemimpin bangsa-bangsa ASEAN telah sepakat mewujudkan visi masyarakat ASEAN lebih cepat dari tahun 2020 menjadi  2015. Ini membutuhkan partisipasi masyarakat termasuk perguruan tinggi,” paparnya.

Pembicara lainnya, dosen HI FISIP Unwahas Anna Yulia Hartati mengatakan, bangsa-bangsa ASEAN perlu segera mewujudkan regionalisme kawasan, agar kuat secara lahir maupun batin.

Menurutnya, jika bangsa ASEAN rukun dan bersatu, semua mendapat manfaatnya. Sebaliknya jika bersengketa atau bahkan berkonflik, semua akan rugi. Tidak ada keuntungannya sama sekali.     

Menurut dia, perguruan tinggi berperan mempererat melalui hubungan keilmuan dan kebudayaan. Pertukaran mahasiswa merupakan cara bagus untuk menjaga kerukunan.

Jika dilakukan melalui pemerintah, kesannya serius dan bersifat diplomatik. Sedangkan melalui perguruan tinggi, kerjasama bersifat antar masyarakat. Jadi sangat mendukung visi ASEAN one vision, one identity, dan one community.

Noor Ahmad menambahkan Unwahas merupakan universitas swasta di Jawa Tengah yang jurusan HI-nya di S1 terakreditasi. Juga menjadi Ketua Asosiasi jurusan HI se-Jateng. Hal itu menurutnya, perlu dijadikan pelecut untuk lebih maju lagi dalam bidang akademik maupun peran internasional. (moi/nji)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger