As’ad Said Ali Raih Doktor HC dari Undip Didemo Aktivis HAM, Diangkat Dosen Tetap di Unwahas

Perwakilan Bank Indonesia Jateng-DIY menyerahkan wayang kepada Ki Entus Susmono

PENGANUGRAHAN gelar doktor honoris causa (HC) Undip bagi mantan wakil kepala BIN As’ad Said Ali mendapat sambutan beragam. Beberapa aktivis menyayangkan gelar tersebut dengan alasan As’ad ‘diduga’ terkait pembunuhan Munir. Di sisi lain, Unwahas menyambut gembira penganugrahan tersebut dan akan mengangkat Wakil Ketua PBNU itu sebagai dosen tetap.

Penganugerahan doctor HC bagi As’ad diadakan Sabtu (11/2) di di gedung Prof Sudharto Tembalang. Dihadiri sejumlah tokoh politik, di antaranya Ketua MK Mahfud MD dan Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar.

Seakan sudah tahu akan menjadi ‘sasaran bidik’, As’ad membawakan makalah dengan judul Liberalisasi Politik dan Pengamanan terhadap Ideologi dan Dasar Negara. “Dalam instrumen pengamanan ini, para penyelenggaran negara merasa gamang  karena takut dituduh melanggar HAM,” jelasnya.

Penyebabnya, menurut dia, karena instrumen ‘baru’ yang sesuai dengan sistem plitik demokratis belum tersedia memadai. “Inilah yang menyebabkan negara kita dalam posisi mengkhawatirkan di bidang keamanan negara atau nasional,” kata dia.

Beberapa saat sebelum upacara penganugerahan gelar, sempat ada aksi demontrasi dari sejumlah orang yang mengaku dari LBH Semarang. Mereka keberatan dengan pemberian gelar tersebut.

Salah satu peserta demo, Erwin Dwi Kristianto menuduh As’ad dimungkinkan terlibat dalam pembunuhan Munir. “Dalam sidang terungkap bahwa mantan agen BIN terlibat dalam pembunuhan Munir, untuk itu kami keberatan atas pemberian gelar ini,” kata dia yang mengaku menjabat kepala program di LBH Semarang.

Selain itu, Erwin juga akan segera mengirimkan surat kepada menteri Pendidikan dan Kebudayaan perihal keberatan mereka terhadap pemberian gelar tersebut. “Kami juga tidak melihat ada prestasi apapun yang telah ditorehkan oleh mantan agen BIN ini,” jelasnya.

Jadi Dosen Tetap
Usai mendapat gelar doktor hc, As’ad Said Ali langsung diangkat sebagai dosen tetap di Fakultas Hukum (FH) Unwahas. Surat keputusan (SK) pengangkatan dibacakan pada Pagelaran Wayang Kulit Memperingati Maulid Nabi SAW di kampus, Sabtu (11/2) malam. As’ad Said Ali akan mengajar bidang filsafat ilmu hukum dan Pancasila. “Pengangkatan kami berikan semata-mata untuk mengapresiasi keilmuan beliau yang tergolong langka dan sangat dibutuhkan untuk menjaga kesatuan bangsa. Beliau juga kami minta menjadi anggota senat di kampus kami,” ucap Rektor H  Noor Achmad.

Menurutnya, gagasan-gagasan dan pemikiran beliau tentang hukum dan penghayatan nilai-nilai Pancasila sangat dibutuhkan mahasiswa agar bangsa ini bisa segera keluar dari krisis nasionalsime  . 
Pagelaran wayang kulitdiselenggarakan sebagai syukuran atas dianugrahkannya gelar doktor kehormatan kepada orang nomor dua di NU. Acara terselenggara atas kerjasama dengan Pengurus Pusat (PP) GP Ansor dan Bank Indonesia Perwakilan Jateng dan DIY. “Karena masih berdekatan dengan maulid Nabi SAW, maka acara ini sekaligus digelar sebagai peringatan  maulid Nabi SAW,” jelasnya.

Lakon “Pandowo Maneges” yang dimainkan Ki Entus Susmono malam itu sengaja dipilih karena ada kesesuaian untuk menggemabarkan pentingnya Pancasila bagi keutuhan NKRI. “Keberadaan Jimat Kalimasada dalam cerita wayang bisa dinisbatkan sebagai Pancasila. Sebagai sebuah pusaka sepatutnya kita tidak perlu diragukan keampuhannya lagi,” terangnya.

As’ad mengaku senang dengan pengangkatan dirinya sebagai dosen tetap FH Unwahas. Ia berjanji melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Sebagai manusia, saya siap mengabdikan hidup dan keilmuan yang saya miliki,” ucapnya. (awi/sna/nji)