Bocah SD Jadi Dokter Motor

  DETEKSI MESIN: Siswa mencoba alat pendeteksi mesin di salah satu stan pameran pendidikan nonformal.
(harsem/indra prabawa)

SEMARANG-Stetoskop bukan cuma untuk memeriksa kesehatan manusia. Kesehatan motor pun bisa diperiksa menggunakan piranti kedokteran itu.

DALAM pameran pendidikan di Dinas Pendidikan Kota Semarang, sejumlah siswa terlihat memeriksa kesehatan motor menggunakan stetoskop. Hanya dengan menempelkan ujung piranti ke tutup bensin, bisa diketahui penyakit yang diderita motor. Stetoskop itu merupakan lembaga pelatihan Putra Persada. Pameran merupakan bagian dari Gebyar PNFI, Selasa (15/5) dan Rabu (16/5).

 Kegiatan bertujuan untuk menyosialisasikan pendidikan nonformal kepada masyarakat.

“Pendidikan formal bukan satu-satunya, karena ada juga pendidikan nonformal. Terutama ditujukan untuk golongan menengah ke bawah,” kata oleh Kepala Bidang PNFI (Pendidikan Non Formal Informal) Kota Semarang, Nurgayawarti 

Diakuinya, pendidikan nonformal awalnya dipandang sebelah mata. “Untuk itu kami terus mempromosikan kepada masyarakat,” terangnya.

Selain bazaar dan panggung yang diisi penampilan siswa-siswi di Semarang, ada pula lomba stand. “Meskipun ini acara PNFI, namun yang mengisi acara tidak semua siswa dari pendidikan nonformal,” paparnya.

 Dikatakan, hingga saat ini jumlah sekolah nonformal di Kota Semarang selalu mengalami peningkatan. “Ada lembaga kursus dan pelatihan (LKP), pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), PAYD, serta kejar paket,” ujarnya.

Di Kota Semarang, jumlah LKP  sebanyak 180, PKBM 38 serta ratusan PAUD. “Jumlah PAUD selalu mengalami peningkatan, sekarang mungkin sudah 500 lebih,” jelasnya.

Pada sambutannya, Wakil Walikota Hendrar Prihadi mengatakan, anggaran pendidikan di Kota Semarang sudah melebihi undang-undang, yaitu sebesar 37 persen dari APBD. “Melalui angka yang sebesar itu, merupakan kewajiban bagi kita untuk memikirkan bersama mengenai kemajuan pendidikan di kota Semarang. Baik kesejahteraan pengajar, sarana dan prasarana pendidikan, dan yang utama bagaimana warga miskin bisa tetap sekolah,” tandasnya. (awi/16)