Home » , , , , » Ayu Utami Tak Bisa Liar

Ayu Utami Tak Bisa Liar

Written By amoy ya annisaa on Selasa, 12 Juni 2012 | 13.44

Ayu Utami, Novel “Soegija: 100% Indonesia”  (HARSEM/JBSM/GARNA RADITYA)

SEMARANG- Salah satu penulis handal Indonesia, Ayu Utami mengaku, hanya menyelesaikan novel “Soegija: 100% Indonesia ” dalam waktu dua minggu saja. Ayu mengaku buku ini pesanan dari penerbit. Bahkan ia hanya menulisnya dalam waktu dua pekan setelah mendalami data dan sejarah Uskup yang diangkat oleh takhta suci di Vatikan, Roma ini.

“Latar belakang ibu saya yang Katolik juga banyak mempengaruhi gaya penulisan saya tentang Romo Soegija,” imbuhnya dalam bedah buku di Gedung Teater Thomas Aquinas, Unika Soegijapranata, belum lama ini.

Dikatakan, sosok Soegija telah berhasil membangkitkan semangat kedaerahan menjadi semangat nasionalisme dan modernitas. Untuk itulah ia menjalin cerita imajinasi, afeksi dan sejarah dalam baluran kisah yang ringan dibaca namun berbobot isinya.

Menanggapi pertanyaan salah seorang peserta bedah buku tentang isi cerita yang kurang kuat dibanding novel Ayu sebelumnya, Larung ataupun Bilangan Fu, Ayu berkilah. Menurutnya, menulis cerita sejarah dengan latar sosok besar dan berpengaruh dari sisi agama, membuatnya tidak selepas menulis kedua novel tersebut.

“Pasti ada batasannya sehingga saya tidak bisa memainkan imajinasi yang liar seperti dalam dua novel tersebut,” tegasnya. Dikatakan, Soegija merupakan sosok yang sangat dicintai oleh warga Semarang. 

"Bukti lain Soegija dicintai masyarakat Indonesia terutama Semarang adalah saat jenazahnya datang di Bandara Kalibanteng, di sana sudah menunggu ribuan umat dan warga serta pemda sebelum dimakamkan di TMP Giri Tunggal,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor Unika Soegijapranata, Prof Budi Widianarko menyatakan, novel itu berpotensi memunculkan bahaya sejarah. Hal itu disebabkan novel ini mencampurkan unsur sejarah dengan fiksi dalam satu bingkai cerita.

“Meski demikian, buku ini sangat enak dibaca dibanding buku tentang Soegijapranata lain,” tuturnya.
Untuk itulah, agar fakta sejarah dan fiksi tidak tercampur aduk, ada baiknya dibaca berulang-ulang agar memahami benar isi buku yang mengangkat sejarah perjuangan Soegija dalam masa kemerdekaan RI. 

Selain itu, Ayu secara cerdas juga telah membuat tanda dengan kata ‘barangkali’ untuk memisahkan kedua hal itu agar pembaca tidak bingung. Yang jelas, imbuhnya, Ayu telah berhasil menggiring imajinasi pembaca dengan sangat cerdik. (awi/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger