Home » , , » Sosialisasi lewat rembug desa

Sosialisasi lewat rembug desa

Written By Harian Semarang on Kamis, 25 November 2010 | 16.03

DEMI pendidikan siswa, guru melakukan sosialisasi hingga tingkat desa. Hal itu dilakukan karena besarnya tekad untuk membentuk siswa menjadi generasi muda yang cerdas dan berkualitas.

Itulah yang terjadi di SDN Gemah. Kepala Sekolah Anasthasia Soekarmini mengatakan, untuk menyosialisasikan imbauan Walikota Semarang perihal jam belajar di rumah mulai pukul 18.30 hingga 21.30, pihaknya memanfaatkan momen rembug desa. “Pada acara rembug desa biasanya semua warga datang. Sehingga pesan bisa tersampaikan secara efektif,” urainya saat ditemui harsem di ruang kerjanya.

Diakui, hasilnya belum optimal. Namun tak menyurutkan langkah sekolah untuk terus melakukan sosialisasi. “Seharusnya kami melibatkan PKK desa. Dalam waktu dekat akan kami lakukan,” tegasnya.

Meski begitu, sosialisasi melalui sekolah juga kerap kali dilakukan sekolah. “Apalagi kalau ada siswa yang tidak masuk hingga lebih dari tiga hari. Kami langsung memanggil orangtuanya untuk dimintai keterangan,” terangnya.

Dijelaskan, orangtua selalu bersikap proaktif. “Mereka selalu datang ketika kami minta hadir ke sekolah untuk membicarakan perkembangan anak. Sosialisasi secara berkala biasanya bersamaan dengan jadwal penerimaan rapor,” imbuhnya.

Tak tanggung-tanggung, sekolah juga pernah menyebar selebaran terkait kebijakan sekolah. “Kami membuat selebaran unuk dibawa siswa pulang ke rumah dan diperlihatkan kepada orangtua,” lanjutnya.

Sementara, mengenai prestasi, sekolah yang menduduki peringkat ke 13 UASBN tingkat kecamatan ini memang belum bisa dikatakan unggul. “Karena mayoritas merupakan anak keluarga miskin. Kebanyakan orangtuanya bekerja sebagai buruh, mereka tak memiliki waktu mengawasi pendidikan anak,” jelasnya.

Selain itu, tingkat pendidikan orangtua juga menjadi salah satu faktor penyebab. “Kebanyakan orangtua berasal dari tingkat pendidikan rendah. Mereka seakan tak sanggup mengikuti perkembangan pendidikan anak,” tuturnya.

Kendala lain juga kadang berasal dari anak itu sendiri. “Sekitar 30% dari siswa kami kurang rajin, dan itu merupakan faktor penghambat prestasi,” imbuhnya.

Untuk mendongkrak prestasi, sekolah melakukan beberapa langkah. “Salah satunya menambah jam tambahan pelajaran. Bukan hanya bersifat pengayaan namun juga perbaikan,” jelasnya. Dikatakan, jam tambahan untuk matematika. “Kami akui, mayoritas siswa lemah di bidang matematika,” jelasnya.

Peserta jam tambahan pelajaran melalui program pengayaan sebanyak 13 siswa. “Mereka berasal dari kelas V dan VI. Karena tambahan jam pelajaran baru dilaksanakan untuk kelas V dan VI,” lanjutnya.

Dikatakan, tambahan pelajaran untuk program pengayaan merupakan inisiatif guru. “Melihat banyak siswa yang kurang bisa mengikuti mata pelajaran, guru berinisiatif memberikan bimbingan mandiri,” tandasnya. (awi/nji)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger