Home » , , » Beli Angklung di Salatiga, Ngamen di Gereja-gereja

Beli Angklung di Salatiga, Ngamen di Gereja-gereja

Written By p3joeang45 on Rabu, 11 Januari 2012 | 19.05

Para siswa asyik memainkan angklung dengan dipimpin seorang guru
MESKI masih kecil, namun pengalaman manggung di sejumlah gereja pernah dirasakan oleh siswa-siswi TK YSKI 1 Semarang. Bukan sekedar tampil bernyanyi atau sebagai peragawati cilik, namun mereka sudah manggung untuk memainkan alat musik angklung. Kepala TK, Virgilia mengatakan, kegiatan angklung hanya diikuti oleh siswa TK kelompok B.

Dikatakan, grup angklung sekolah sudah pernah pentas di sejumlah kegiatan. “Kalau di gereja-gereja di sekitar Kota Semarang ada kegiatan maka mereka memanggil siswa untuk mengisi acara. Karena ternyata jemaat gereja juga sangat menyukai permainan angklung anak-anak,” jelasnya. Pendek kata, para siswa sudah kerap ‘ngamen’ di banyak gereja.

Untuk mendukung agar kemampuan siswa semakin baik, pihak sekolah memanggil pengajar khusus dari luar sekolah yang ahli di seni musik angklung. “Kalau untuk kegiatan angklung memang kami mendatangkan pengajar dari luar sekolah,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.

Dikatakan, angklung tersebut sudah masuk menjadi salah satu kegiatan intrakurikuler. “Jadi bukan ekstrakurikuler, oleh karena itu semua siswa harus ikut. Namun karena memainkan alat musik angklung kan tidak mudah, jadi yang mengikuti hanya siswa besar saja,” kata dia.

Dijelaskan, untuk mendukung kegiatan angklung ini, sekolah memiliki dua set angklung untuk latihan. “Untuk latihan siswa, kami membeli dua set angklung. Belinya di Salatiga karena di Semarang nggak ada yang menjual,” jelasnya.

Angklung hanya satu jenis kegiatan di TK YSKI 1. “Masih ada kegiatan lain sebagai penunjang kelas-kelas yang ada di TK ini,” terangnya.

Di antaranya bahasa Mandarin, bahasa Inggris, dan menari. “Bahasa Mandarin dan bahasa Inggris memang kami adakan karena sebisa mungkin anak sudah menguasai dua bahasa internasional tersebut sedini mungkin,” terangnya.

Dijelaskan, sementara untuk menari, hal tersebut juga ditujukan untuk kreativitas siswa. “Untuk kreativitas siswa, dan memang mereka sangat antusias mengikuti kegiatan tari ini,” jelasnya.

Namun karena mereka masih kecil, untuk jenis tari yang dikuasai baru sedikit. “Terutama untuk tari modern yang sudah dimodifikasi,” sambungnya.

Untuk sistem belajar yang dilakukan di sekolah tersebut yaitu menerapkan moving class. “Jadi para siswa akan berpindah-pindah kelas sesuai dengan jadwalnya,” kata dia.

Untuk kelas yang ada, antara lain yaitu art and craft, science and math, readiness, balok serta role play. Untuk art and craft tersebut mempelajari semua di bidang seni, science and math mempelajari di bidang berhitung atau pengenalan angka, readiness di tahap persiapan yaitu mempelajari tentang bahasa, serta role play adalah mempelajari peran.

 “Kalau peran itu siswa dikenalkan berbagai macam jenis pekerjaan atau profesi, jadi mereka layaknya menjadi orang dewasa,” tuturnya.

Sistem moving class ini diterapkan mulai dari play group hingga TK. “Ternyata siswa memang menyukai sistem moving class ini,” tandasnya. (nji)     


Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger