Siswa turut menanam padi di sawah .Asyik memanen telur ayam |
LIBURAN sekolah dengan berwisata ke situs bersejarah tentu sudah biasa. Tamasya ke tempat-tempat indah dan berbelanja cindera mata, sudah jadi rutinitas. Namun jika liburan diisi dengan membaur penduduk desa, melakukan aktivitas sebagaimana biasa dilakukan petani, tentu luar biasa. Larangan membawa uang, HP dan sepatu, justru menyempurnakan keasyikan “KKN” yang dilakukan siswa SMPN 6 Semarang.
Usai penerimaan rapor medio Desember lalu, seluruh murid kelas IX ini diboyong ke Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Dibagi dalam beberapa grup, para siswa secara berkelompok 5-7 orang menginap di rumah-rumah penduduk dan menjalankan program yang dibuat.
Di pagi hari kelompok yang numpang di rumah petani, harus ikut njegur sawah, menanam padi, mencabuti rumput di antara tanaman padi, serta macul dan menata saluran air dari sumber pegunungan. Lalu ikut nyelep gabah di penggilingan, lalu ikut membantu memasak beras untuk dimakan rame-rame seisi rumah.
Sementara kelompok yang ada di rumah peternak ayam, sejak subuh harus bangun mengambili telur-telur di kandang, lalu menyapu kotoran ayam dan memberi makan.
Di rumah pemilik industri tahu, siswa harus ikut mencuci kedelai, lantas membuat tahu serta meniriskan. Dilanjutkan menggoreng dan mengemasi tahu untuk dibawa ke pasar.
Bersama tuan rumah dan guru pembimbing, para siswa menjalani aktivitas yang tak pernah mereka lakukan selama hidup di Kota Semarang. Tentu riuh rendah dan aneka tingkah unik menyertai adegan mirip siaran reality show “Jika Aku Menjadi” di sebuah televisi swasta ini. Tawa riang disertai ledekan dan gojlokan terus terjadi. Terlebih ada tambahan kegiatan untuk seluruh anggota kelompok. Yaitu menanam pohon di tebing sungai, dengan alat hanya cangkul dan linggis, serta menyusuri alur sumber air irigasi alami sawah.
Hujan deras ketika justru disambut riang gembira. Seraya berhujan-hujanan, para siswa malah nyemplung kali menikmati air murni dari mata air, yang tak akan mereka dapatkan di kamar mandi rumah atau sekolah mereka.
Usai beraktivitas di sawah maupun kandang, para siswa dipersilakan memakan rambutan langsung di pohonnya. Dusun Dongkar, pusat kegiatan Live in SMP 6, memang berlimpah durian. Hampir setiap rumah ada pohon rambutan di halamannya. Saking melimpahnya, pemiliknya sampai bosan memakan rambutan. Meski buah begitu banyak, tak ada penduduk yang menjual rambutannya ke pasar.
“Warga sini tidak pernah menjual rambutannya. Biasanya diambil untuk menyuguhi tamu atau diberikan kepada sanak saudaranya. Apabila ada yang mampir ke rumah warga, pasti dibawakan oleh-oleh rambutan. Kalau perlu dipersilakan mengambil sendiri di pohon,” ujar Kepala Dusun Dongkar Mawardi.
Kepala Sekolah Sri Sarmini didampingi ketua panitia Sutikno mengatakan, program live in yang baru pertama kali dilaksanakan ini untuk memberikan pendidikan karakter. “Live in untuk memberikan pendidikan karakter kepada siswa. Mereka belajar tentang kerukunan, keramahan, kerja keras, mecintai alam dan sebagainya. Langsung dari pelakunya dan dalam suasana aslinya,” tuturnya. (moch ichwan/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.