Home » , » Pengajian Mengenang Gus Dur di Unwahas

Pengajian Mengenang Gus Dur di Unwahas

Written By p3joeang45 on Senin, 02 Januari 2012 | 18.32

Suasana pengajian haul Gus Dur di Unwahas
KH Soleh Darat pernah berkata, salah satu tanda kewalian seseorang adalah banyaknya orang yang berziarah ke kuburnya setelah meninggal dunia. Hal yang ternyata terjadi pada makamnya itu juga terjadi pada Gus Dur.

Terkait dengan ulama agung gurunya para ulama tanah Jawa itu, Rektor Universitas Wahid Hasyim Dr Noor Ahmad punya cerita menarik. Dia tuturkan, sewaktu ia dan tim PWNU Jateng hendak mendirikan universitas, ketika sowan kepada Gus Dur di Jakarta malah disuruh ziarah ke makam Mbah Soleh Darat.

Ia dan timnya pun ke makam     gurunya pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dan  juga gurunya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan tersebut di Bergota. Saat itu Noor Ahmad masih berpikir keras, apa maksud Gus Dur menyuruh datang ke makam wali.

“Setelah kami ziarah, kami baru mengerti maksud Gus Dur. Mendirikan universitas itu harus dilandasi niat yang bukan duniawi. Harus dengan jiwa mendidik seperti Mbah Soleh Darat,” tuturnya.

Ulasan senada juga disampaikan dosen IAIN Walisongo Semarang Hasyim Muhammad yang menjadi pembicara dalam pengajian model diskusi di acara Haul Gus Dur di halaman kampus Unwahas Rabu (28/12) malam kemarin. 

Hasyim menguraikan, ziarah ke kuburan adalah cara paling afdhol untuk mengingat mati. Orang kalau ingati mati, pasti ingat akhirat. Lalu bisa merefleksikan langkah hidupnya yang sedang dilakoni.
“Itulah hebatnya Gus Dur. Untuk menasehati orang, beliau langsung melibatkan wali besar di tanah Jawa yang juga merupakan guru kakeknya. Agar kita selalu bening pikiran dan bersih jiwa,” tuturnya di hadapan ratusan hadirin yang mayoritas mahasiswa Unwahas.

Lebih lanjut Hasyim menjelaskan, orang yang selalu ingat mati, pasti hidupnya terkendali. Tidak diperbudak duniawi. Menurutnya, hal itulah jalan sufi yang ditempuh Gus Dur dan diajarkan kepada umat Islam agar berakhlak mulia seperti Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Pembicara lainnya,  penulis Buku “Nasionalisme NU” Zudi Setiawan memaparkan, Gus Dur telah menjaga Indonesia seutuhnya sebagaimana tujuan awal didirikan. Gus Dur, menurutnya, selalu konsisten menjaga konstitusi dan taat pada hukum.

“Gus Dur memang pantas jadi bapak bangsa ini. Dia menjaga kebinekaan dan kerukunan seluruh kompenen bangsa. Semua merasa diayomi,” terang dosen FISIP Unwahas ini.

    Selanjutnya, Ketua Lembaga Studi Sosial dan Agama Tedi Kholiluddin mengulas  keberanian Gus Dur memperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Semua orang yang menjaga moral, seperti para Nabi, kata Tedi, selalu dimusuhi oleh masyarakatnya di awal. Namun dipuja banyak orang setelah tiada,” tuturnya.

Bersarung dan Berpeci
Dalam acara haul yang diadakan malam hari tersebut, para mahasiswa Universitas Wahid Hasyim kompak memakai sarung dan peci khas santri. Sedangkan mahasiswi memakai rok panjang atau sarung, plus jilbab yang juga khas santri pesantren. Sebelumnya, dibacakan sholawat dengan syiir tanpo waton gubahan Gus Dur oleh tim rebana Unwahas.

Ketua BEM Unwahas Wahyu Aji mengatakan, kegiatan haul Gus Dur akan digelar tiap tahun. (moi/nji)


Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger