Semua siswa perempuan terlihat mengenakan bando berwarna putih |
ADA yang unik jika melihat persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN) yang dilakukan siswa kelas VI di SDN Muktiharjo Lor Semarang. Semua siswa putri mengenakan bando putih seragam. Mengenai hal tersebut, guru kelas enam, Eny Setyawati mengatakan, dirinya sengaja meminta siswa untuk mengenakannya selama pelajaran di kelas. “Maksudnya agar mereka bisa belajar tanpa perlu repot dengan rambut,” jelasnya kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Dikatakan, bando tersebut disamakan untuk warnanya agar terlihat enak dilihat. “Kadang-kadang kalau anak perempuan kan rambutnya panjang, jadi kadang saat pelajaran mereka repot dengan poninya,” kata dia.
Dijelaskan, untuk membeli bando tersebut para siswa membeli sendiri. “Saat itu memang saya minta kepada mereka agar membeli bando yang sama, harganya juga murah, dan ternyata orangtua juga malah senang,” jelasnya.
Sementara itu, pemakaian bando tersebut hanya merupakan salah satu persiapan untuk menghadapi UN saja. “Selebihnya masih banyak persiapan yang kami lakukan. Kalau terkait dengan anak laki-laki ya tentu saja kalau ada siswa dengan rambut yang sudah agak panjang langsung saya minta untuk dipotong,” kata dia.
Selain itu, mengenai kebersihan kuku juga sangat diperhatikan. “Di kelas kami ini saja, harus selalu ada alat pemotong kuku. Nanti kalau ada siswa yang ketahuan kukunya mulai panjang, maka akan langsung saya potong di kelas,” jelasnya.
Bukan berarti segala peraturan yang diterapkan tersebut harus dengan cara kekerasan. “Saya nggak pernah memarahi siswa, justru saya selalu melakukan pendekatan yang halus. Karena anak zaman sekarang kalau digalakkin justru semakin menjadi nakalnya,” terangnya.
Sementara itu, mengenai persiapan pembelajaran, Eny selalu menerapkan sistem sarapan pagi kepada para siswa. “Di dinding kelas enam ini ada amplop-amplop yang ditempelkan di dinding. Itu kami namakan bank soal siswa,” jelasnya.
Selanjutnya, masing-masing dari siswa secara acak akan menaruh satu soal yang sudah mereka kerjakan. “Dan masing-masing dari mereka juga akan mengambil soal tersebut secara acak, tapi tidak boleh mengambil soal sendiri,” kata dia.
Kemudian para siswa mengerjakan soal yang didapatnya saat istirahat. “Jadi sambil mereka istirahat sekaligus digunakan untuk mengerjakan soal, kalau sudah selesai kertas tersebut diletakkan di amplop lain yang juga tertempel di dinding,” jelasnya.
Baru kemudian saat siang soal dan jawaban tersebut dicocokkan. “Saya sudah menerapkan sistem ini sejak lama, dan memang saya ingin agar siswa lebih aktif di kelas. Saya sebagai guru hanya memfasilitasi,” ujarnya.
Sebagai motivasi, dirinya meminta kepada siswa agar bisa mengerjakan soal-soal UN mendatang dengan lancar dan benar. “Selain itu saya juga meminta ke mereka untuk lebih irit. Tidak perlu membeli buku pelajaran, kan bisa pinjam di perpustakaan. Karena kalau mereka irit, orangtua juga terbantu. Untuk masuk SMP kan membutuhkan uang tidak sedikit,” tandasnya. (aris wasita widiastuti/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.