Home » , , , » Teliti Syiah di Jepara, Raih Doktor

Teliti Syiah di Jepara, Raih Doktor

Written By Harian Semarang on Sabtu, 21 Januari 2012 | 15.17

Muhsin Jamil (kiri) menerima ijazah doktor dari Rektor Prog Muhhibin
ALIRAN syiah lagi ramai-ramainya dibicarakan di Indonesia. Tema ini diteliti secara ilmiah untuk disertasi doktor. Sisik melik komunitas syiah di Kabupaten Jepara yang tak pernah muncul dalam berita, diteliti mahasiswa S3 IAIN Walisongo M Muhsin Jamil.

Hasil risetnya dipaparkan dalam ujian promosi doktor dirinya di Kampus I IAIN Walisongo (Kamis, 19/1). Dia akhirnya dikukuhkan sebagai doktor ke-7 yang diluluskan IAIN Walisongo Semarang.

Disertasi yang diambil Dinamika Identitas dan Strategi Adaptasi Minoritas Syiah di Jepara. Dosen Fak Ushuluddin IAIN Walisongo ini mengungkapkan, Syiah di Jepara dan umumnya Indonesia, tidak seperti syiah imamiyah di negara-negara Arab.

Golongan minoritas ini, kata dia, berbaur dan beradaptasi dengan masyarakat lokal yang secara tradisi adalah penganut sunni (mayoritas dunia). Amalan keagaman yang mereka lakukan juga dibuat sama dengan saudara-saudaranya sesama muslin. Seperti mauludan, muharoman, atau suronan.

“Komunitas syiah di Jepara yang merupakan yang terbesar di Jawa Tengah. Mereka melakukan adaptasi dan dinamisasi dengan masyarakat sekitar. Identitas mereka tidak lagi tampak sebagai mayoritas yang ‘aneh’ apalagi sampai disebut menyimpang.

Hasil observasinya, kelompok syiah di Jepara tidak menampilkan diri sebagai golongan yang berbeda dengan kebanyakan muslim lainnya. Tak satupun dari anggota Syiah Jepara, kata Muhsin, melakukan kawin kontrak alias nikah mut’ah. Mereka juga berbaur dan mengamalkan ritual keagamaan yang sama dengan sunni.

“Komunitas syiah di Jepara sangat anteng. Mereka rukun saja dan selama ini guyub dengan komunitas lain yaitu NU dan Muhammadiyah. Tak pernah ada konflik walaupun sekedar debat,”  tuturnya.

Mudjahirin Tohir dalam ulasannya usai sidang yudisium menyampaikan selamat atas kegigihan Muhsin Jamil melakukan penelitian. Suami dari Nur Rochayati SAg ini dinilai seorang muslim sejati. Karena sebagai orang berpaham sunni –mayoritas—Muhsin mampu menjadi peneliti yang netral dan meneguhkan dia sebagai aktivis multikulturalisme.

Namun Rektor IAIN Walisongo yang juga penguji, Muhibbin menyatakan, pihaknya terpaksa tidak bisa memberi predikat cum laude kepada Muhsin karena sang promovenda melebihi batas waktu penyelesaian studi doktoral. Yakni lebih dari lima tahun yang dipersyaratkan.

Para pengujinya adalah Prof Muhibbin, Ahmad Hakim, Prof Nurdien H Kistanto, Prof A Ghazali Munir, Prof Ibnu Hadjar, Abu Hapsin. Adapun promotornya  adalah Prof Mudjahirin Rohir  dan co promotor M Nafis. (moi)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger