Christina Maria Ariani sedang merapikan berbagai macam alat permainan yang telah digunakan siswa |
SATU guru mengajar di kelompok A dan B. Kondisi itu terjadi di TK Kanisius Cabean. Salah satu guru Christina Maria Ariani mengatakan, hal itu disebabkan karena sekolah hanya memiliki satu guru. “Untuk itu saya memang agak kerepotan, tapi tetap saya nikmati pekerjaan ini,” kata dia saat ditemui Harsem di ruang kerjanya, kemarin.
Dijelaskan, di TK tersebut, sistem pembelajaran yang diterapkan yaitu secara rolling. “Saya membagi siswa ke dalam tiga kelompok, kemudian mereka mengerjakan berbagai tugas yang sudah saya persiapkan,” jelasnya.
Yang menarik adalah kelompok A dan B tersebut ditempat di kelas yang sama. “Mereka saya jadikan satu kelas, itu untuk mempermudah proses KBM,” kata dia.
Namun demikian, untuk tugas yang diberikan lain-lain. “Kami tetap menyesuaikan dengan usia, materi yang kami berikan untuk kelompok A tentu lebih ringan dari pada yang kami berikan untuk kelompok B,” kata dia.
Namun tugas yang diberikan tetap sama-sama yang menghasilkan. “Misalnya menggunting, meronce, menulis, melipat serta pengenalan huruf abjad,” paparnya.
Dijelaskan, mengenai hal tersebut yang paling penting dibutuhkan kesabaran. “Kalau yang berbeda itu kan intinya, sementara untuk pembukaan dan penutupan sama saja,” jelasnya.
Yang dimaksudkan dengan pembukaan yaitu siswa diajak untuk bernyanyi dan tanya jawab. “Sementara itu yang dimaksudkan dengan penutupan yaitu saya mengajak siswa untuk bercerita. Yang penting melakukan aktivitas yang tidak bikin capek anak-anak,” kata dia.
Yang membedakan hanyalah inti pelajaran. “Kalau kelompok B lebih berat tugasnya, kalau kelompok tetap lebih banyak bermain,” jelasnya.
Dikatakan, untuk permainan yang dimiliki cukup komplit. “Komplit, mulai dari balok hingga permainan yang kami gunakan untuk meronce,” jelasnya.
Mengenai kendala, hingga saat ini yang dihadapi yaitu bangunan TK yang masih belum memenuhi standar. Di antaranya lantai kelas yang masih berupa tegel, bukan lantai keramik. “Kami ingin mengganti lantai tegel dengan keramik agar lantai tidak terkesan kotor. Apalagi anak-anak kan suka bermain di lantai. Namun sampai sekarang belum terlaksana,” jelasnya. (awi)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.