PEMBICARA SEMINAR: Salah satu pembicara seminar di Unwahas, Muti Arintawati sedang menyampaikan buah pikirannya. (HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI) |
SEMARANG- “Jangan antipati terhadap pangan yang berasal dari impor, namun ayo kita mengajak bangsa-bangsa luar untuk berperang dalam teknologi pangan,” kata Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, H Noor Achmad. Untuk itu, Unwahas menggelar seminar nasional sains dan teknologi tentang “Penguasaan Teknologi Rekayasa Pengolahan Pangan Guna Mendukung Pencapaian Kemandirian Bangsa”.
Diakuinya, hingga saat ini, perhatian pemerintah untuk lebih memajukan teknologi pangan masih sangat kurang. “Termasuk untuk penelitian-penelitian yang dilakukan di kampus-kampus terkait hal ini,” jelasnya ditemui di sela seminar, kemarin.
Akibat dari anggaran pendidikan yang masih relatif kecil tersebut, membuat apa yang dihasilkan belum maksimal. “Padahal pangan yang dihasilkan haruslah memenuhi sejumlah kriteria, di antaranya halal, tidak berbahaya, bernutrisi tinggi serta bahan yang digunakan berasal dari Indonesia,” ujarnya.
Sejauh ini, penelitian dan kajian yang dilakukan di perguruan tinggi sudah sering. “Jadi tinggal niat baik dari pemerintah saja,” tambahnya. Apalagi program dari Gubernur dari Jawa Tengah, Bibit Waluyo, diakuinya sudah baik. “Program Bali Ndeso Mbangun Deso itu kan sudah baik,” ujarnya.
Namun demikian harus diimbangi dengan teknologi pangan yang memadai. “Karena secara praktis akan meningkatkan produksi sesuai dengan kehendak masyarakat. Namun imbasnya yaitu pada ketersediaan bangan pangan itu sendiri. Jangan sampai kita menghasilkan pangan yang tidak berkualitas,” paparnya.
Untuk itu, hasil dari seminar tersebut akan ditindak lanjuti ke DPRD. “Karena untuk peningkatan pengolahan pangan butuh kerjasama antara ilmuwan dengan perguruan tinggi. Ke depannya kami juga akan bekerjasama dengan PT Sidomuncul,” kata dia.
Sementara itu, salah satu pembicara dari LIPI, Nurul TR mengatakan, banyak sekali hasil pertanian di Indonesia ini yang melimpah. “Tapi menjadi sia-sia karena tidak tahu cara mengolahnya,” jelasnya.
Dirinya mengumpamakan ketimun. “Ketimun itu kalau saat musim panen, harganya sangat anjlok, karena jumlahnya sangat banyak. Namun banyak orang yang menjualnya dengan cara dikemas dengan menggunakan plastik. Jika tidak laku, akhirnya timun tersebut busuk kemudian dibuang. Ini kan sayang,” urainya.
Untuk itu, perlu dikenalkannya tekonologi pengolahan pangan kepada masyarakat. “Supaya kita bisa tahu bagaimana caranya mengolah hasil pertanian atau bahan pangan agar bisa berdaya guna,” ujarnya.
Salah satu yang membawa banyak keuntungan yaitu nano teknologi. “Misalnya pupuk berbasis nano teknologi, keuntungannya, menstimulasi pertumbuhan tanaman dengan cepat, ramah lingkungan serta menggunakan proses slow release sehingga dapat mengontrol pupuk dan menghemat biaya,” urainya. Sementara itu, pembicara lain dalam seminar tersebut dari LPPOM MUI pusat, Muti Arintawati dan dari PT Sidomuncul, Dian Risdianto. (awi/15)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.