Home » , » Meliput di Area Konflik Taruhannya Nyawa

Meliput di Area Konflik Taruhannya Nyawa

Written By amoy ya annisaa on Senin, 25 Juni 2012 | 14.54

SARASEHAN: Sarasehan fotografi diikuti sejumlah alumni SJI (Sekolah Jurnalistik Indonesia)
(HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI)

SEMARANG- Asuransi kesehatan bagi wartawan, harus menjadi perhatian utama dari kantor. Demikian dikatakan fotografer Kedaulatan Rakyat (KR), Chandra AN saat memberikan materi tentang fotografi kepada sejumlah wartawan di Kantor PWI Jawa Tengah, kemarin.

Dirinya mengatakan, risiko yang dihadapi oleh wartawan bukanlah kecil. “Bahkan taruhannya nyawa. Untuk beberapa media besar, asuransi sudah diterapkan, namun masih banyak media massa yang belum melakukan hal itu,” kata dia dalam acara “Sarasehan Jurnalistik Foto: Kiat Sukses Meliput di Area Konflik” ini.

Dengan adanya jaminan asuransi, hal itu akan membuat wartawan yang bersangkutan bisa lebih loyal dalam pekerjaan. “Tapi kalau tidak ada, ketika kita ada liputan yang sekiranya membahayakan, pasti akan berpikir dua kali untuk meliput kejadian tersebut,” jelasnya.

Konsistensi media dalam hal ini perusahaan menjadi salah satu tolok ukur dari baik atau tidaknya hasil liputan. “Namun yang tidak kalah penting adalah konsistensi dari wartawan tersebut,” tambahnya.

Pembicara lain, dari LKBN Antara, Rekotomo mengatakan, anggaran yang digunakan untuk meliput sebuah konflik itu harus ada. “Harus diperhatikan,” jelasnya. Meski demikian, keselamatan diri harus tetap diperhatikan. “Sebagai contohnya, salah satu kameramen SCTV yang ikut tenggelam di Kapal Levina karena berusaha tetap memegang kameranya, itu adalah tindakan yang bodoh,” jelasnya.

Namun begitu, memang lokasi tempat seorang fotografer berdiri sangat berpengaruh pada foto yang dihasilkan. “Entah itu hasil akhirnya blur, kalau memang saat itu sedang terjadi konflik, yang penting kita bisa mendapatkan momentum yang bagus,” jelasnya.

Fotografer dari Kompas, Wendra juga mengatakan, saat meliput sebuah konflik, hendaknya wartawan foto tidak boleh terpancing dengan situasi yang sedang terjadi. 

“Misalnya saat itu ada konflik yang melibatkan wartawan dengan pihak lain, kita harus tetap fokus dengan kamera. Karena suatu saat hasil dari jepretan kita bisa membantu saat konflik tersebut ternyata menjadi sebuah kasus hingga melibatkan pihak kepolisian,” urainya. (awi/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger