Home » , , » Diponegoro Seven Summit Expedition Part II , Mual dan Pusing di Puncak Kilimanjaro

Diponegoro Seven Summit Expedition Part II , Mual dan Pusing di Puncak Kilimanjaro

Written By Khoierzblogs on Rabu, 07 November 2012 | 08.56

PUNCAK KILIMANJARO: Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam tim ekspedisi berhasil mendaki puncak Kilimanjaro
HARSEM/DOK
SEMARANG- Syarifudin Ahmad (18), Umi Lutfiah (18), dan Irwan Hidayatullah (22), berhasil menaklukkan Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika.

Mereka yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Diponegoro Seven Summit Expedition Part II menempuh waktu selama kurang lebih satu minggu untuk mendaki gunung dengan ketinggian 5.895 meter ini.

Raut wajah bangga sekaligus bahagia terpancar dari ketiga mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Wapeala) Undip ini. Bagaimana tidak, mereka merasa senang karena berhasil menjalankan misinya mendaki Gunung Kilimanjaro sekaligus mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat setempat.

Umi Lutfiah, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya ini mengaku, melaksanakan ekspedisi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena sebelum diberangkatkan ke Tanzania, mereka sudah melalui diklat terlebih dahulu untuk menyiapkan fisik dan mental.

“Tidak mudah, persiapan yang dilakukan juga cukup berat. Terutama untuk latihan fisik, dengan melakukan latihan rutin jogging dua minggu sekali. Selain itu juga simulasi pendakian di Gunung Slamet dan Semeru,” kata perempuan berjilbab ini.
Umi mengatakan, banyak hal yang didapat dalam pendakian tersebut. Selain pengalaman baru menaklukkan salah satu gunung tertinggi, sekaligus mengajarkan kebudayaan Indonesia, salah satunya batik, kepada warga Tanzania.

“Mereka sampai kagum saat saya memperlihatkan batik Indonesia. Karena disana motif batiknya sederhana hanya batik celup dan motifnya kebanyakan motif binatang. Disana kita juga membuka mini expo batik di KBRI,” katanya.

Seleksi Ketat

Banyak hal yang mereka dapat di Tanzania maupun selama pendakian menuju puncak Uhuru (Puncak Kebebasan) Gunung Kilimanjaro. Irwan, peserta lainnya, mengatakan, ekspedisi ke Kilimanjaro memang sudah dirancang pada tahun 1997 yang lalu, namun baru dapat dilaksanakan pada tahun ini.

“Melalui proses seleksi yang ketat, akhirnya kami bertiga terpilih untuk melakukan ekspedisi yang baru pertama kali dilakukan oleh Wapeala,” ungkapnya. Menurutnya, hal terberat selama pendakian yakni saat berada di Camp 2 dengan ketinggian 2.900 meter menuju ke Camp 3 dengan ketinggian 3.900 meter. Karena mereka harus menuju ketinggian 4.500 meter dahulu.

“Medan yang dilewati cukup berat. Dalam perjalanan sehari kita bisa jalan selama 7 jam, namun di beberapa camp kita hanya berjalan selama tiga jam,” ungkap putra pasangan Syarifudin dan Hadijah ini.

Kondisi medan yang sulit juga mereka alami saat sudah mencapai puncak Kilimanjaro. Lapisan oksigen yang semakin menipis membuat ketiganya harus merasakan mual, kepala pusing.  “Saat akan menuju puncak, rasanya pusing dan mual karena oksigen sudah mulai tipis disana. Tetapi kami senang akhirnya mampu mencapai puncak dan mengibarkan bendera merah putih disana. Meski hanya 15 menit berada disana tetapi kami sudah cukup bangga,” kata Syarifudin Ahmad, mahasiswa Teknik Mesin.

Setelah berhasil menaklukkan Kilimanjaro, Wapeala Undip berencana untuk melanjutkan ekspedisi ke Gunung Aconcagua (Argentina) dan Gunung Elbrust di Eropa. (wam/15)






Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger