Sejumlah siswa SD Al Irsyad di Kampung Petek berjalan di halaman sekolah yang tergenang air |
BELUM genap sebulan, SDN Muktiharjo Lor meninggikan halaman sekolah hingga sekitar setengah meter. Namun sekolah ini kemarin masih terendam banjir. Kondisi serupa dialami sekolah-sekolah lain. Sudah berlomba-lomba meninggikan bangunan sekolah, tetap saja kebanjiran. Ini menjadi bukti langkah selama ini keliru. Karena penanganan banjir harus berbasis lingkungan.
Berdasarkan pantaun Harsem kemarin, banjir merendam sekolah di sejumlah wilayah Kota Semarang. Di antaranya di Semarang Utara, Pedurungan, dan Genuk. Banyaknya ruang kelas yang terendam banir, membuat proses pembelajaran terganggu.
Di SD dan SMP Al Irsyad di Kampung Petek, Semarang Utara, air terlihat merendam sebagian besar bagian sekolah, seperti halaman, tempat parkir, tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Meski ketinggian air hanya sebatas mata kaki orang dewasa, namun kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut menjadi terganggu.
“Baru kali ini sekolah kami kebanjiran, tahun-tahun sebelumnya tidak pernah air sampai masuk ruangan, paling hanya memenuhi drainase sekolah. Banjir mulai menggenang sejak dini hari tadi (kemarin, red),” terang M Amirudin Aziz, salah satu guru sekolah tersebut, kemarin (26/1).
Untuk tiga ruang kelas yang terendam banjir, jelasnya, masing-masing adalah ruang kelas kelas I, kelas II, dan kelas III. Karena pertimbangan keamanan, kegiatan pembelajaran siswa kelas I dan kelas II terpaksa dipindahkan sementara di ruang moshola sekolah. Sedangkan untuk kelas III, tetap mengikuti kegiatan pembelajaran di ruangannya seperti sediakala dengan pengawasan ekstra dari guru. “Kami upayakan kegiatan pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada siswa yang kami pulangkan lebih awal,” imbuhnya.
Banjir di Semarang Utara juga merendam empat ruang milik SDN Dadapsari yang kondisi lantainya berada 50 centimeter di bawah halaman sekolah, yaitu dua ruang kelas, satu ruang guru, dan ruangan kepala sekolah. Air setinggi 20 centimeter terus menggenang sejak malam hingga kemarin pagi. Untuk mengurangi ketinggian air di lokal ruangan itu, sekolah berupaya menyedotnya dengan mesin waterpam. “Karena sebagian besar kelas tidak terendam kegiatan pembelajaran tetap kami langungkan, meskipun kurang bisa kondusif,” terang Arini salah satu guru.
Sementara, di SDN Trimulyo 02, Genuk, dua ruang kelas dan satu ruang guru dan kepala sekolah tergenang juga kebanjiran. Kepala SDN Trimulyo 02 Endang Yulianati mengatakan, ketiga ruangan di sekolah itu telah terendam air sejak Rabu (25/1) malam.
Ruang kelas yang kebanjiran adalah kelas III dan kelas IV. Karena tidak memungkinkan, siswa kelas III dipulangkan lebih awal. “Sementara untuk siswa kelas IV kegiatan pembelajarannya kami pindah di ruang musala sekolah,” ucap Endang.
Menurut Endang, sekolahnya memang kerap menjadi langganan banjir dan rob. Tapi banjir akibat cuaca ekstrim beberapa hari terakhir ini merupakan yang paling parah terjadi. “Tahun lalu kami sudah dapat bantuan dari Disdik untuk peninggian sebagian halaman,” tukasnya.
Lebih lanjut, Endang mengatakan, untuk jangka pendek pihak sekolah memang belum dapat berbuat apa-apa. “Jika besok masih tergenang ya kalau tidak dipulangkan lebih awal ya sementara ke musala lagi,” ujarnya.
Selain di SDN Trimulyo 02, genangan banjir di Genuk juga terlihat merendam halaman SDN Trimulyo 01 dengan ketinggian air mencapai 40-50 cm. Akibat banjir para siswa terpaksa harus melepas sepatu mereka untuk masuk ke kelas.
Sementara di kawasan Muktiharjo Kidul, Pedurungan banjir merendam SMP PL Bonifasio. Namun banjir hanya merendam halaman sekolah dan tidak sampai merendam sembilan ruang kelas yang dimiliki. Menurut Wakil Kepala Sekolah SMP PL Bonifasio Rosalia Dwi Susilawati, meski hanya menggenangi bagian halaman sekolah, namun banjir kali ini menyebabkan beberapa kegiatan di sekolah menjadi terganggu. “Seperti pelajaran olahraga sementara harus kami tiadakan,” ucapnya.
Menurutnya, banjir di sekolahnya terjadi karena lingkungan di sekitar sekolah seperti saluran air yang kurang baik. “Kami berharap perhatian dari pihak terkait. Terutama pada persoalan pemeliharaan saluran air di lingkungan sekitar sekolah. Jalan depan sekolah ditinggikan, rumah-rumah penduduk juga sudah ditinggikan, jadi airnya lari ke sini semua,” tandas Dwi. (nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.