Dunia yang indah tersaji di SMAN Semarang. Mereka mengubah tembok sekolah menjadi surga mural yang ekspresif.
DUNIA anak muda adalah dunia penuh ekspresi. Apa saja bisa dijadikan pelampiasan untuk menuntaskan hasrat diri untuk tampil. Dari sekadar update status facebook, bikin grafiti di tembok, hingga merebut prestasi. Bukan sekadar narsis, tetapi ingin eksistansi mereka diakui.
SMA Negeri 6 Semarang punya saluran untuk mewadahi hasrat itu. Mereka merelakan tembok sekolah dijadikan medium ekspresi: mural. Sekaligus menjadi wahana mengasah jiwa seni siswa.
Urgennya ranah keindahan (seni) bagi kehidupan manusia menjadi salah satu pijakan bagi sekolah yang berjarak sepelontaran batu dari Bundaran Kalibanteng ini untuk mengembangkan
seni secara serius. Khususnya di bidang seni rupa.
Kepala Sekolah Totok Widyanto mengatakan, hal itu dilakukan juga karena melihat kuatnya antusiasme anak didiknya dalam mengembangkan bakat dan minat.
“Pengembangan bakat seni tidak hanya melalui pembelajaran mapel seni dan budaya. Namun juga melalui kegiatan ekstrakurikuler,” terang Totok didampingi Nur Fajri Guru mapel budaya dan kesenian kemarin (26/10).
Dikatakannya, pengembangan seni di SMA Negeri 6 dilakukan dengan berlandaskan keunggulan lokal (local genius). Hal itu dilakukan untuk menggali dan menanamkan kembali kearifan lokal secara inheren melalui pendidikan.
Melalui mapel budaya dan seni, secara khusus siswa dikenalkan dengan seni rupa yang dianggap sebagai kekayaan tradisi kota semarang.
Salah satunya, seperti pengenalan terhadap corak batik khas semarangan tanpa mengabaikan pembelajaran ilmu dasar seni rupa pada umumnya.
Di antaranya materi desain dasar yang diperuntukkan bagi siswa kelas X, proyeksi perspektif untuk siswa kelas XI, dan materi pengembangan untuk siswa Kelas XII.
Pada kegiatan pembelajarannya, setiap minggu siswa mendapatkan tugas menggambar dari guru pengampu mapel tersebut. Lalu karya siswa yang dinilai bagus akan dipajang di mading sekolah selama seminggu.
“Pemajangan gambar siswa ini selain sebagai bentuk apresiasi juga untuk memotivasi siswa agar lebih serius,” jelasnya.
Tidak hanya sampai di situ, keseriusan sekolah dalam mengembangkan seni rupa juga dilakukan tanpa melakukan pengekangan terhadap kreativitas siswa. Seperti kepada kelompok siswa yang menekuni mural misalnya. Oleh sekolah mereka diberikan kebebasan untuk berkarya di lingkungan sekolah. Salah satu karya mural mereka saat ini bisa dilihat di tembok kantin.
“Untuk pengembangan mural, kami berencana memenuhi tembok kelas dengan karya siswa. Jadi nanti tak hanya Yogyakarta yang disebut sebagai surga mural, tapi SMA Negeri 6 juga,” imbuhnya. (niam)
DUNIA anak muda adalah dunia penuh ekspresi. Apa saja bisa dijadikan pelampiasan untuk menuntaskan hasrat diri untuk tampil. Dari sekadar update status facebook, bikin grafiti di tembok, hingga merebut prestasi. Bukan sekadar narsis, tetapi ingin eksistansi mereka diakui.
SMA Negeri 6 Semarang punya saluran untuk mewadahi hasrat itu. Mereka merelakan tembok sekolah dijadikan medium ekspresi: mural. Sekaligus menjadi wahana mengasah jiwa seni siswa.
Urgennya ranah keindahan (seni) bagi kehidupan manusia menjadi salah satu pijakan bagi sekolah yang berjarak sepelontaran batu dari Bundaran Kalibanteng ini untuk mengembangkan
seni secara serius. Khususnya di bidang seni rupa.
Kepala Sekolah Totok Widyanto mengatakan, hal itu dilakukan juga karena melihat kuatnya antusiasme anak didiknya dalam mengembangkan bakat dan minat.
“Pengembangan bakat seni tidak hanya melalui pembelajaran mapel seni dan budaya. Namun juga melalui kegiatan ekstrakurikuler,” terang Totok didampingi Nur Fajri Guru mapel budaya dan kesenian kemarin (26/10).
Dikatakannya, pengembangan seni di SMA Negeri 6 dilakukan dengan berlandaskan keunggulan lokal (local genius). Hal itu dilakukan untuk menggali dan menanamkan kembali kearifan lokal secara inheren melalui pendidikan.
Melalui mapel budaya dan seni, secara khusus siswa dikenalkan dengan seni rupa yang dianggap sebagai kekayaan tradisi kota semarang.
Salah satunya, seperti pengenalan terhadap corak batik khas semarangan tanpa mengabaikan pembelajaran ilmu dasar seni rupa pada umumnya.
Di antaranya materi desain dasar yang diperuntukkan bagi siswa kelas X, proyeksi perspektif untuk siswa kelas XI, dan materi pengembangan untuk siswa Kelas XII.
Pada kegiatan pembelajarannya, setiap minggu siswa mendapatkan tugas menggambar dari guru pengampu mapel tersebut. Lalu karya siswa yang dinilai bagus akan dipajang di mading sekolah selama seminggu.
“Pemajangan gambar siswa ini selain sebagai bentuk apresiasi juga untuk memotivasi siswa agar lebih serius,” jelasnya.
Tidak hanya sampai di situ, keseriusan sekolah dalam mengembangkan seni rupa juga dilakukan tanpa melakukan pengekangan terhadap kreativitas siswa. Seperti kepada kelompok siswa yang menekuni mural misalnya. Oleh sekolah mereka diberikan kebebasan untuk berkarya di lingkungan sekolah. Salah satu karya mural mereka saat ini bisa dilihat di tembok kantin.
“Untuk pengembangan mural, kami berencana memenuhi tembok kelas dengan karya siswa. Jadi nanti tak hanya Yogyakarta yang disebut sebagai surga mural, tapi SMA Negeri 6 juga,” imbuhnya. (niam)
+ komentar + 1 komentar
Kreatif yach...
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.