Home » , » Titip Buah Cinta saat Bekerja

Titip Buah Cinta saat Bekerja

Written By Harian Semarang on Senin, 11 Oktober 2010 | 02.27

“Dadah, cium tangan mama dulu, ya,” ujar Sumarti, ibu muda warga Jalan Panda Utara IIIA/6 Semarang. Setelah memeluk Nouval (4) anak lelakinya, ibu muda itu segera melajukan sepeda motornya menuju SMP Negeri 14 Semarang, tempat dia bekerja sebagai guru fisika.

SI kecil itu memandangi ibunya yang menghilang di kejauhan. Kemudian dia asyik mengisi harinya dengan bermain, belajar, tidur, dan makan.

Sesekali, dia juga bertengkar atau berebut mainan dengan anak yang juga dititipkan di tempat itu. Wajar, namanya juga anak-anak. Pemandangan seperti itu terlihat saban pagi di Yogatama Kids Nursery Center di Ruko Arthamas Jalan Supriyadi 17 Semarang.

Jam operasional baru dibuka pukul 07. Namun kesibukan sudah terlihat sejak setengah menit sebelumnya. Dua puluhan anak tampak silih berganti dititipkan di tempat itu. Chandra Virgia Saptaningsih, pemilik Yogatama tampak sibuk menerima orangtua yang menitipkan buah hatinya. “Beginilah kesibukan saya setiap hari,” ujar alumnus Akademi Farmasi Tujuhbelas Agustus Semarang itu.

Dengan dibantu tiga pengasuh dan tiga pendidik, saban hari dia melayani 20-an anak, dari bayi hingga maksimal empat tahun.

Usai “ijab kabul” penerimaan anak, Chandra membawa anak-anak ke ruang bermain di lantai dua. Tak lama kemudian, anak-anak itu tenggelam dalam keasyikan masing-masing. Ada yang bermain kolam bola, mobil-mobilan, ada pula yang mendorong-dorog kursi.

Orangtua kini cenderung lebih percaya pada tempat penitipan anak (TPA) ketimbang meninggalkan si buah hati bersama baby sitter atau pembantu di rumah.

Selain jaminan keamanan, kebersihan dan perlakuan yang baik terhadap anak, orangtua juga tak perlu cemas anak kesepian. Karena di tempat penitipan anak, banyak teman-teman dan pengasuhnya yang bisa diajak bermain.

Tempat penitipan anak pun kini makin berkualitas. Karena orangtua juga tak mau sembarangan
memilih tempat penitipan anak. Orangtua banyak yang melihat visi dan misinya, apakah sama dengan tempat penitipan anak tersebut.

“Anak saya sudah lama titip di sini. Saya merasa lebih aman, daripada diasuh pembantu paling nonton televisi. Kalau di sini kan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan anak lain,” ujar Sumarti yang tengah mengandung.

Inspirasi Jepang
Menurut Chandra, taman penitipan anak memang telah merebut hari para orangtua. Apalagi banyak yang berkualitas. “Jelek-jelek gini, inspirasinya dari Jepang lho,” ujar istri dari pegawai Bea Cukai yang bertugas di Jakarta ini.

Taman ini berdiri sejak 2006 lalu. Saat itu suaminya menjalani tugas belajar di Jepang bercerita, anak-anak di Negeri Sakura lebih banyak diajari sopan santun dan kreativitas. “Di Jepang, anak mulai dikenalkan baca tulis saat kelas empat SD,” ujar wanita berjilbab ini.

Adapun pendidikan karakter dan kemandirian lebih ditekankan. Dengan dorongan suaminya, dia mendirikan taman penitipan anak. Motivasinya lebih ke arah sosial. “Nggak komersil, lebih ke unsur sosial. Kami ingin membantu merawat anak dari orangtua yang sibuk. Bagaimanapun anak adalah amanah Tuhan,” ujarnya.

Dia mengaku tak mau berdebat perihal sistem pendidikan di Indonesia yang kerap memaksa anak belajar membaca pada usia dini. Bahan TK sudah dicekoki baca tulis. “Saya juga tak fanatik Jepang, tapi saya kira sistem pembelajaran mereka bisa kita selami,” jelasnya.

Apa saja yang dilakukan anak-anak di taman penitipan anak? Selain bermain dan tidur, anak juga dikenalkan dengan berbagai kebiasaan. “Misalnya cara makan, bersosialisasi dengan teman, atau konsep berbagai. Semua ada indikatornya tergantung usia anak,” jelasnya.

Jadwal tidur juga diatur. Anak tak boleh bermain terus-terusan sampai lupa tidur. “Kebiasaan ini juga penting,” ujarnya yang memeroleh “kurikulum” pendidikan anak dari koleganya yang bekerja di instansi pendidikan.

Beberapa kegiatan misalnya belajar mengenakan sepatu sendiri untuk melatih kemandirian, berbagi mainan, serta meminta maaf jika melakukan kesalahan. “Intinya, materinya adalah pendidikan karakter,” ujarnya.

Dia menepis kesan taman pendidikan anak merupakan tempat “buangan”. Yakni sebagai tempat penampungan anak saat orangtua sibuk bekerja. “Justru di TPA anak memperoleh pendidikan usia dini. Insya Allah anak akan lebih kreatif dan mandiri,” ujarnya. (panji)
Share this article :

+ komentar + 2 komentar

28 September 2015 pukul 12.50

bapak/ ibu, apakah ada penitipan anak berlokasi di ungaran jawa tengah ?

16 Mei 2017 pukul 01.10

Wah, saya juga lagi nyari Daycare di ungaran, tepatnya daerah Bandarjo, mungkin ada info.. Matur nuwun

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger