BETAPA berharga sebuah filosofi. setidaknya bagi sosok-sosok mahasiswa idealis. Sekadar nama pun, mereka “pasang harga mati”.
“Ingat lho, jangan sampai salah tulis. Nama kelompok kami adalah KeSEMaT,” ujar Radich Arief Nugroho pegiat Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (Kesemat Undip) menjelaskan nama yang campur aduk huruf kapital dengan kecil.
Indonesia memang butuh sosoksosok mahasiswa “keras kepala”. Sebab cuma merekalah yang terus konsisten
memperjuangkan kelestarian lingkungan. Seperti komunitas ini, yang tanpa terasa sepuluh tahun berhasil “menyulap” hampir tujuh hektar pantai gundul di Teluk Awur Jepara menjadi hutan mangrove hijau. Bukan sulap tentunya, karena upaya menghijaukan pantai itu mesti dilakoni dengan penuh cucuran keringat, darah, dan air mata. “Kesemat berdiri sejak 2001. Jika sampai sekarang tetap eksis, merupakan bukti konsistensi para pegiatnya,” ujar Aris Priyono, pendiri Kesemat.
Aris kini mendirikan IKAMat (Ikatan Alumni Kesemat). Anggotanya mantan pegiat yang “terpaksa” keluar dari Kesemat lantaran lulus kuliah. Yulia Ulfah, Menteri Sekretaris Kesemat mengatakan organisasi bergerak di bidang pelestarian mangrove. “Orang awam biasanya mengatakan pohon bakau. Sebenarnya, bakau salah satu spesies mangrove yang jumlahnya ratusan,” ujar mahasiswa Ilmu Kelautan yang kini menginjak semester empat ini.
Awalnya, tujuan pendirian kelompok ini “sekadar” menyelamatkan kampus Undip di Teluk Awur dari hantaman abrasi pantai. “Kemudian kami berinisiatif menanami kawasan pantai dekat kampus dengan mangrove,” ujarnya.
Kini setelah sepuluh tahun berkiprah, obyek kegiatan meluas. Bukan hanya Jepara, tetapi juga merambah di tempat-tempat lain. “Untuk sementara, fokus masih sepanjang pantai dari Kendal hingga Rembang,” ujar mahasiswa asal Tangerang ini.
Banyak Manfaat
Ada banyak kegiatan, di antaranya mangrove education (kampanye mangrove), cultivation dan nurserry (pembibitan dan perawatan), hingga penanaman. Menurut Yulia, mangrove memiliki banyak manfaat. “Dari sisi ekosistem, tanaman ini mencegah abrasi pantai. Saat tsunami Aceh, banyak korban jiwa karena pantai tak
dilindungi mangrove. Tetapi di Papua, tsunami bisa diredam oleh tanaman ini,” jelasnya.
Selain itu, buah mangrove yang berbentuk mirip mangga juga bisa diolah menjadi makanan seperti kue dan coklat. “Kemudian, batangnya juga bisa digunakan sebagai bahan baku sabun,” jelasnya saat ditemui di sekretariat Jalan Ngesrep Barat V/35.
Menurutnya, ada ratusan spesies mangrove di seluruh dunia. Di Jawa tengah, banyak dikenal jenis rhizophora (bakau). Setiap spesies hidup sesuai habitatnya masing-masing. “Tetapi ada kesamaan, mayoritas tumbuh secara lambat,” ujarnya.
Dalam setahun, sebatang mangrove hanya mampu tumbuh sekitar satu tahun. “Jadi harus sabar karena tumbuhnya lama,” jelasnya. Tetapi tumbuhan ini bisa hidup hingga puluhan tahun. “Di Papua, ada hutan mangrove yang tingginya mencapai 30 meter. Diduga, usianya sekitar 30 tahunan,” jelasnya.
Anggota Kesemat hanya berkisar puluhan. Namun jaringan dan volunteer-nya ribuan. Mereka terus bersemangat menanam mangrove. (panji joko satrio)
+ komentar + 1 komentar
Salam MANGROVER! Terima kasih atas dimuatnya berita tentang KeSEMaT. Semoga Harian Semarang terus maju dan sukses selalu, ya. Semangat MANGROVER!
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.