Home » , » Tak Ada Biaya, Urung Ikuti Ajang Internasional

Tak Ada Biaya, Urung Ikuti Ajang Internasional

Written By Harian Semarang on Rabu, 24 November 2010 | 02.47

AKIBAT tak punya biaya, siswa SDN Panggung Lor urung mengikuti turnamen bridge tingkat internasional. Saat berlaga pada level nasional di Manado, mereka disokong sponsor. Sekarang, mereka harus mencari biaya sendiri.

Dijelaskan guru olahraga Suyono, prestasi bridge SDN Panggung Lor sudah terkenal di kancah nasional. “Baru-baru ini kami masuk lima besar Liga Bridge Siswa Nasional 2010 di Mandano.

Berkat prestasi itu, kami mendapat undangan mengikuti lomba bridge tingkat internasional di Batam 5-7 November mendatang. Namun karena terkendala dana, kami tidak ikut,” ujarnya, kemarin.

Dikatakan, ini merupakan kesempatan luar biasa. “SDN Panggung Lor merupakan satusatunya wakil Kota Semarang yang dipercaya di kancah internasional,” imbuhnya.

Namun tidak dipungkirinya, biaya operasional mengikuti lomba cukup besar. Untuk tingkat nasional seperti di Kota Manado, kami mengeluarkan dana hingga Rp 6 juta,” jelasnya.

Memang diakuinya, pada liga nasional di Kota Manado beberapa saat lalu, biaya operasional mengandalkan sponsor. “Kami dapat dari sponsor, karena berhasil menjadi juara pertama Popda tingkat Kota Semarang,” jelasnya.

Selain itu, dijelaskan Suyono, sekolahnya juga mewakili Kota Semarang dalam Popda tingkat provinsi. “Saat itu kami menyabet juara pertama,” lanjutnya.

Waktu itu, dua siswa bermain berpasangan. “Waktu itu Rezanda Akbar dan Nindi Diah Ayu K, namun saat ini Rezanda sudah SMP,” jelasnya.

Bahasa Inggris
Dikatakan, awal ketertarikan Suyono mengajarkan olahraga bridge kepada siswa karena merasa prihatin terhadap Kecamatan Semarang Utara. Setiap digelar Popda, tidak pernah mengirimkan atlit di cabang bridge.

“Saya merasa wajib belajar bridge ini kepada ahlinya. Setelah merasa mampu saya mengajarkan kepada siswa,” paparnya. Dikatakan, tidak mudah memilih anak dilatih bridge. “Yang memainkan harus pintar, selain memiliki konsentrasi tinggi,” imbuhnya.

Oleh karenanya, Suyono memilih siswa dengan prestasi akademis tinggi. “Memang saya akui bridge ini merupakan permainan berskala internasional, yang memainkan tergolong orang brilian,” terangnya. Selain itu, semua istilah dalam permainan ini menggunakan bahasa Inggris.

“Saya memang langsung mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan bahasa Inggris. Ternyata mereka bisa langsung cepat memahami,” tuturnya. Hingga saat ini, banyak siswa SDN Panggung Lor yang tertarik bermain bridge.

“Rata-rata empat siswa per kelas. Oleh karenanya kami ingin mengembangkan bridge hingga berprestasi di kancah nasional dan semoga ke depan bisa hingga internasional” pungkasnya. (aris)
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

13 September 2014 pukul 09.41

Rezanda gokiil abizzz..

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger