Home » , » Dibiasakan Tampil Cantik

Dibiasakan Tampil Cantik

Written By Harian Semarang on Senin, 27 September 2010 | 22.07

Agar Gampang Diterima Kerja

Kompetensi oke, pengalaman juga memadai. Tapi banyak alumni SMK Negeri 9 yang ditolak saat melamar kerja. Masalahnya sepele, tinggi badan kurang proporsional.

SUDAH lama masalah itu membuat pusing Kepala Sekolah Siti Fadilah dan jajarannya. “Sekarang banyak perusahaan yang memberi syarat tinggi badan bagi pegawai baru. Padahal tidak mungkin sekolah menyeleksi tinggi badan siswa,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Peterongansari II Semarang.

Perihal kompetensi, Fadilah yakin siswanya sudah memenuhi kriteria. Dia menjamin alumni tiga jurusan yang dimilikinya, yakni akuntansi, administrasi perkantoran, dan pemasaran mampu menjadi pekerja handal sesuai keahlian masing-masing.

Tolok ukurnya gampang, mayoritas alumni gampang mencari kerja. Tapi memang beberapa kali ada yang mentok saat ketemu persyaratan tinggi badan.

Tetapi dia memaklumi banyak perusahaan yang ingin memiliki karyawan cantik. Sebab hal itu juga termasuk citra perusahaan. Makanya pihak sekolah juga membiasakan siswinya untuk tampil cantik dan menarik.

“Tidak harus cantik secara fisik, tapi bisa dari sisi kepribadian. Di antaranya luwes bergaul, memiliki tutur bahasa yang sopan, serta ramah,” ujarnya.

Sekolah juga membentuk timbursa kerja untuk membantu alumi. “Tim bertugas melakukan pendekatan kepada perusahaan. Tim juga menyalurkan alumni untuk ditempatkan di perusahaan-perusahaan dengan standar baik,” jelasnya.

Siswa tak hanya dipersiapkan menjadi karyawan. Tetapi juga didorong menjadi pengusaha. Pelatihan kewirausahaan pun terus digalakkan.

Sekolah yang mayoritas siswanya perempuan ini memiliki cara khusus dalam memberikan semangat kepada siswa untuk belajar wirausaha. Di antaranya dengan memberi target besaran omzet tertentu saat siswa praktik berwirausaha.

Seperti Lebaran kemarin, sekolah memberi tugas kepada siswa jurusan pemasaran untuk berjualan kue. Sekolah mematok target untuk mengetahui sejauh mana kerja keras mereka. “Setiap anak kami beri target, harus berhasil menjual sedikitnya 10 kaleng kue. Keuntungan satu kaleng minimal Rp 5 ribu,” ujarnya.

Dikatakan, kue-kue yang dijual siswa merupakan produksi perusahaan yang sudah bekerjasama
khusus dengan sekolah. “Kami memang memiliki banyak rekan kerjasama. Selain bisa dimanfaatkan untuk kegiatan praktek, mereka juga menjanjikan akan merekrut siswa kami setelah lulus,” jelasnya.

Untuk memfasilitasi kegiatan praktek, sekolah menyediakan laboratorium atau biasa disebut dengan bengkel belajar. Selain itu sekolah juga memiliki ekstrakurikuler menjahit dan karawitan.
“Sementara ini yang peminatnya banyak adalah kegiatan menjahit. Sedangkan karawitan tidak banyak. Mungkin karena tidak sesuai dengan selera anak zaman sekarang, padahal peralatan karawitan kami cukup komplit,” paparnya. (aris-harian semarang)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger