WALAU baru kali pertama digelar, Ganesha Saince Olympiad (GSO) yang diselenggarakan SMA Negeri 3 beberapa waktu lalu sukses. Dalam kegiatan yang dibuat sebagai stimulus minat dan kecintaan pelajar terhadap sains tersebut, panitia penyelenggara berhasil menjaring sedikitnya 400-an pelajar tingkat SLTP dari berbagai pelosok kota di Jawa Tengah.
Tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Firsty Ilminovia (17) sang ketua panitia dan rekan-rekan di kepanitiaan GSO lainnya. Pasalnya, ketika persiapan pelaksanaan acara, beberapa pihak sempat meragukan kemampuan mereka.
“Awalnya kami mendapat tanggapan miring dari beberapa pihak. Mereka meragukan kemampuan kami menyelenggarakan olimpiade ini. Mereka kira, kami kutu buku hanya bisa belajar teori dan membaca buku,” jelas Firsty saat ditemui di sekolahnya kemarin. Sempat merasa down juga semangatnya karena hal itu.
Namun berkat motivasi yang diberikan rekan-rekan panitia lainnya, siswi kelas XII tersebut berhasil memupuk keyakinannya sendiri. Bahwa ia dan timnya pasti mampu menggelar acara tersebut hingga sukses.
“Beruntung tim kepanitiaan GSO kemarin sangat solid. Ketika salah satu dari kami mengalami krisis semangat, rekan-rekan lainnya memberikan motivasi,” imbuh siswi yang juga menjabat Ketua Seksi Pendidikan Politik dan Kepemimpinan pada OSIS SMA Negeri 3 itu.
Butuh kegigihan dan pengorbanan waktu untuk menyukseskan acara itu. Mengaku belum mempunyai pengalaman menyelenggarakan olimpiade sains sebelumya, Firsty dan timnya berusaha menggali informasi dan pengetahuan tentang teknis pelaksanaan acara dari kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan di sekolahnya.
Bahkan “peras otak” pun sempat harus mereka lakukan, lantaran tiga minggu jelang pelaksanaan lomba ternyata peserta yang mendaftar masih di bawah batas kuota. Dari permasalahan ini, dengan sigap mereka lantas melayangkan permohonan bantuan kerjasama kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
“Beruntung Dinas Pendidikan Provinsi Jateng kemudian menyambut permohonan bantuan yang kami ajukan dengan memberikan disposisi ke dinas pendidikan di kabupaten-kabupaten untuk mensosialisasikan acara kami ke sekolah-sekolah,” jelasnya.
Ditambahkannya, dari hasil kerjasama itu pihaknya akhirnya bisa bernafas lega. Sekolah-sekolah SLTP di berbagai kabupaten kemudian mendaftarkan siswa-siswinya untuk mengikuti lomba tersebut, baik secara online maupun offline. Bahkan hingga hari H, peserta yang mendaftar masih membludak.
“Selain merasa gembira karena bisa menyumbangkan hal positif kepada sekolah melalui kegiatan olimpiade, pelajaran berharga juga bisa kami dapatkan. Bahwa pada dasarnya modal yang paling utama dalam melaksanakan sebuah kegiatan adalah optimisme, kerjasama, dan yang tak kalah penting juga selalu berdoa,” tandasnya mengakhiri. (niam)
Tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Firsty Ilminovia (17) sang ketua panitia dan rekan-rekan di kepanitiaan GSO lainnya. Pasalnya, ketika persiapan pelaksanaan acara, beberapa pihak sempat meragukan kemampuan mereka.
“Awalnya kami mendapat tanggapan miring dari beberapa pihak. Mereka meragukan kemampuan kami menyelenggarakan olimpiade ini. Mereka kira, kami kutu buku hanya bisa belajar teori dan membaca buku,” jelas Firsty saat ditemui di sekolahnya kemarin. Sempat merasa down juga semangatnya karena hal itu.
Namun berkat motivasi yang diberikan rekan-rekan panitia lainnya, siswi kelas XII tersebut berhasil memupuk keyakinannya sendiri. Bahwa ia dan timnya pasti mampu menggelar acara tersebut hingga sukses.
“Beruntung tim kepanitiaan GSO kemarin sangat solid. Ketika salah satu dari kami mengalami krisis semangat, rekan-rekan lainnya memberikan motivasi,” imbuh siswi yang juga menjabat Ketua Seksi Pendidikan Politik dan Kepemimpinan pada OSIS SMA Negeri 3 itu.
Butuh kegigihan dan pengorbanan waktu untuk menyukseskan acara itu. Mengaku belum mempunyai pengalaman menyelenggarakan olimpiade sains sebelumya, Firsty dan timnya berusaha menggali informasi dan pengetahuan tentang teknis pelaksanaan acara dari kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan di sekolahnya.
Bahkan “peras otak” pun sempat harus mereka lakukan, lantaran tiga minggu jelang pelaksanaan lomba ternyata peserta yang mendaftar masih di bawah batas kuota. Dari permasalahan ini, dengan sigap mereka lantas melayangkan permohonan bantuan kerjasama kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
“Beruntung Dinas Pendidikan Provinsi Jateng kemudian menyambut permohonan bantuan yang kami ajukan dengan memberikan disposisi ke dinas pendidikan di kabupaten-kabupaten untuk mensosialisasikan acara kami ke sekolah-sekolah,” jelasnya.
Ditambahkannya, dari hasil kerjasama itu pihaknya akhirnya bisa bernafas lega. Sekolah-sekolah SLTP di berbagai kabupaten kemudian mendaftarkan siswa-siswinya untuk mengikuti lomba tersebut, baik secara online maupun offline. Bahkan hingga hari H, peserta yang mendaftar masih membludak.
“Selain merasa gembira karena bisa menyumbangkan hal positif kepada sekolah melalui kegiatan olimpiade, pelajaran berharga juga bisa kami dapatkan. Bahwa pada dasarnya modal yang paling utama dalam melaksanakan sebuah kegiatan adalah optimisme, kerjasama, dan yang tak kalah penting juga selalu berdoa,” tandasnya mengakhiri. (niam)
+ komentar + 1 komentar
Everything is nothing without beginning.
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.