Labbaika Allahumma labbaik…..labbaika la syarika laka labbaik… innal hamda wanni’mata laka wal mulk…laaa sayariiika lak….
KALIMAH talbiyah khas ibadah haji itu dibaca serentak serombongan siswa KB, TK, dan Kelas I dan III SD Nasima saat melakukan “thowaf” di bangunan mirip Kabah di halaman Laboratorium
Dakwah (Labda) IAIN Walisongo Semarang, Sabtu (30/10).
Siswa Pendidikan Usia Dini (PUD) Nasima tersebut menjalani manasik haji yang mirip situasi di tanah suci. Sebanyak 322 siswa yang dibagi 14 kelompok yang disebut kloter, menjalani semua ritual ibadah rukun kelima Islam tersebut.
Berkeliling Kabah alias thowaf, berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik antara dua bukit, Sofa dan Marwa yang disebut sa’i, juga melempar jumroh, tahalul (memotong rambut), masuk terowongan Mina, sholat sunah dan ritual lainnya.
Walau berukuran mini, suasana dikondisikan mirip di Mekah. Di bawah sinar matahari terik, tubuhtubuh mungil itu bersemangat menjalani seluruh rangkaian manasik.
Siswa anak lelaki yang bagian dada dan punggungnya terbuka, tampak berpeluh keringat. Demikian pula siswa perempuan yang berkerudung. Wajahnya terlihat gembrobyos dialiri air keringat.
Suara mereka tetap lantang setiap kali guru pembimbingnya yang berpakaian sama mengajak membaca doa maupun dzikir. Namun namanya juga anak-anak, polah tingkah mereka kerap mengundang senyum.
Para “jamaah haji” cilik itu sering membenahi pakaian ihromnya yang kedodoran. Bahkan beberapa siswa lelaki, kain bawahannya melorot. Membuat orangtua yang menonton menjadi tertawa terpingkal-pingkal. Beberapa lainnya tabrakan saat sa’i. Banyak pula yang nggegeri minta minum panitia di tempat yang bertulisan ”Depot Air Zam-Zam”.
“Haus Bu, minta minum. Air zamzamnya mana?” Teriak seorang anak tak sabar mengantri. “Aku mau makan snack dulu,” ujar anak lainnya.
“Saya capek, mau istirahat dulu,” sahut seorang siswa berbadan gemuk. Sambil mendampingi anak didiknya di lokasi manasik, Kepala PUD Nasima Elly Fajarwati melayani wawancara dengan wartawan.
Dikatakannya, kegiatan manasik tersebut digelar tiap tahun. Biasanya diadakan di Islamic Center Manyaran, namun karena sedang dipakai jamaah calon haji beneran, pihaknya memilih di Labda IAIN Walisongo.
“Tujuan kegiatan ini untuk mendekatkan murid dengan ibadah haji. Sehingga jika mendengar cerita dari keluarga atau gurunya, mereka bisa lebih paham. Agar mereka tidak mengetahui secara teori saja,” tuturnya.
Ketua panitia Des Rea Santhi menambahkan, banyak murid Yayasan Pendidikan Islam Nasima punya orangtua atau kerabat yang telah naik haji. Kegiatan manasik ini membuat mereka merasakan pengalaman haji walau sekedar mirip. Kelak jika naik haji beneran, para siswa akan teringat apa yang pernah dialaminya waktu sekolah. (ichwan)
KALIMAH talbiyah khas ibadah haji itu dibaca serentak serombongan siswa KB, TK, dan Kelas I dan III SD Nasima saat melakukan “thowaf” di bangunan mirip Kabah di halaman Laboratorium
Dakwah (Labda) IAIN Walisongo Semarang, Sabtu (30/10).
Siswa Pendidikan Usia Dini (PUD) Nasima tersebut menjalani manasik haji yang mirip situasi di tanah suci. Sebanyak 322 siswa yang dibagi 14 kelompok yang disebut kloter, menjalani semua ritual ibadah rukun kelima Islam tersebut.
Berkeliling Kabah alias thowaf, berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik antara dua bukit, Sofa dan Marwa yang disebut sa’i, juga melempar jumroh, tahalul (memotong rambut), masuk terowongan Mina, sholat sunah dan ritual lainnya.
Walau berukuran mini, suasana dikondisikan mirip di Mekah. Di bawah sinar matahari terik, tubuhtubuh mungil itu bersemangat menjalani seluruh rangkaian manasik.
Siswa anak lelaki yang bagian dada dan punggungnya terbuka, tampak berpeluh keringat. Demikian pula siswa perempuan yang berkerudung. Wajahnya terlihat gembrobyos dialiri air keringat.
Suara mereka tetap lantang setiap kali guru pembimbingnya yang berpakaian sama mengajak membaca doa maupun dzikir. Namun namanya juga anak-anak, polah tingkah mereka kerap mengundang senyum.
Para “jamaah haji” cilik itu sering membenahi pakaian ihromnya yang kedodoran. Bahkan beberapa siswa lelaki, kain bawahannya melorot. Membuat orangtua yang menonton menjadi tertawa terpingkal-pingkal. Beberapa lainnya tabrakan saat sa’i. Banyak pula yang nggegeri minta minum panitia di tempat yang bertulisan ”Depot Air Zam-Zam”.
“Haus Bu, minta minum. Air zamzamnya mana?” Teriak seorang anak tak sabar mengantri. “Aku mau makan snack dulu,” ujar anak lainnya.
“Saya capek, mau istirahat dulu,” sahut seorang siswa berbadan gemuk. Sambil mendampingi anak didiknya di lokasi manasik, Kepala PUD Nasima Elly Fajarwati melayani wawancara dengan wartawan.
Dikatakannya, kegiatan manasik tersebut digelar tiap tahun. Biasanya diadakan di Islamic Center Manyaran, namun karena sedang dipakai jamaah calon haji beneran, pihaknya memilih di Labda IAIN Walisongo.
“Tujuan kegiatan ini untuk mendekatkan murid dengan ibadah haji. Sehingga jika mendengar cerita dari keluarga atau gurunya, mereka bisa lebih paham. Agar mereka tidak mengetahui secara teori saja,” tuturnya.
Ketua panitia Des Rea Santhi menambahkan, banyak murid Yayasan Pendidikan Islam Nasima punya orangtua atau kerabat yang telah naik haji. Kegiatan manasik ini membuat mereka merasakan pengalaman haji walau sekedar mirip. Kelak jika naik haji beneran, para siswa akan teringat apa yang pernah dialaminya waktu sekolah. (ichwan)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.