Lantaran tak punya anggaran membeli peralatan baru, siswa terpaksa menabuh gamelan slenco. Namun eskul karawitan jalan terus.
SEBAGAI salah satu seni yang khas di Indonesia, karawitan perlu dijaga keberadaanya. Karenanya, SDN Manyaran 01-02-03 menumbuhkan semangat mencintai tradisi yang telah mengakar itu pada generasi muda, terutama anak didiknya melalui program pendidikan ekstrakurikuler di sekolah.
Kepala Sekolah SDN Manyaran 01 Amos Musadi menjelaskan, program berupa pelatihan karawaitan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk melestarikan kesenian karawitan, yang keberadaannya saat ini terbilang telah ternarginalkan.
“Namun kegiatan yang kami gelar rutin dalam tiap pekannya ini hanya kami fokuskan untuk siswa yang duduk di kelas III dan kelas IV. Itu pun berlaku hanya untuk yang berminat,” jelasnya kepada Harsem.
Sekolah terpaksa membatasi pengajaran hanya untuk kelas III dan IV karena kegiatan eskul karawaitan diperuntukkan bagi siswa-siswi di tiga sekolah yang berdiri pada satu lokasi di Jl Wr Supratman 178-180 tersebut.
“Kalau dihitung berdasarkan jumlah kelas, maka ada enam kelas yang mengikuti kegiatan eskul karawaitan ini,” jelas Amos mewakili Nur Rahulawati Kepsek SD Manyaran 02 dan Triani Ambarwati Kepsek SD Manyaran 03.
Bagi tiga sekolah dasar tersebut, eskul karawitan merupakan program pengembangan bakat dan minat. Karena, dari pelaksanaan eskul ini kelestarian budaya leluhur bisa terjaga. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai sarana untuk pengukiran prestasi siswa di bidang nonakademik.
Dengan keberadaan pelatih yang notabene adalah guru SDN Manyaran 01 sendiri, peluang keberhasilannya dalam pencapaian tujuan pengembangan eskul terbuka sangat lebar.
Mengingat kompetensi guru yang sukarela melatih para siswa tersebut sudah bagus, karena berlatarbelakang seniman karawitan. Hanya saja, keterbatasan dana menjadi kendala berat bagi pelaksanaannya, utamanya pengadaan instrumen karawitan baru.
“Kami memiliki perangkat instrumen karawitan sendiri. Namun, kondisinya bisa dibilang sudah tidak layak. Ketika dibunyikan, suaranya sudah slenco tak sesuai notasi pakemnya. Beberapa waktu lalu kami bermaksud membeli yang baru, tapi ternyata harganya selangit. Tak sesuai dana yang kami punya,” ucapnya.
Alhasil, hingga saat ini pihaknya hanya bisa berusaha agar kegiatan pengembangan bakat seni tersebut bisa tetap berjalan walau dengan alat seadanya.
“Yang penting anak tetap bisa belajar memukul instrumen karawitan. Daripada tidak belajar sama sekali. Dengan begitu, pengetahuan mereka perihal kesenian karawitan bisa tetap terjaga,” tandasnya. (sohibun niam)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.