Puncak acara bulan bahasa di SMAN 2 Semarang dimeriahkan dengan lomba musikalisasi dan dramatisasi puisi. Berhasil membumikan bahasa dan sastra di kalangan siswa.
SEBUAH lagu yang menggambarkan makmur dan tentramnya kota Jogja menjadi pengantar pertunjukan. Tampil di salah satu sudut panggung, seorang penampil dengan puisinya bercerita aktivitas dan kesibukan masyarakat Jogja.
Seiring dengan itu, kondisi dan suasana gemah ripah-loh jinawi, penuh senyum, dan keramahtamahan masyarakat Jogja yang digambarkan dalam puisi bertambah kental melalui adegan yang ditampilkan aktor pada satu sudut panggung lainnya.
Cerita akhirnya sampai saat meletusnya Gunung Merapi. Warga yang semula tentram, berlarian tunggang langgang akibat terjangan wedus gembel yang keluar dari miniatur gunung di sudut pojok panggung bagian belakang. Di atas panggung itu, seketika wajah Jogja berubah jadi muram, dipenuhi nestapa.
Semangatlah wahai kawan/Cobaan ini pasti akan berakhir/Berganti dengan kebahagiaan//Mari kita lewati bersama rintangan ini, kawan/ Karena, ku yakin kita bisa//Demikian teriak salah seorang pemain membangkitkan mereka yang jatuh terkulai. Hingga akhirnya, masyarakat jogja yang menjadi korban bencana berhasil bangkit.
Itulah pertunjukan dramatisasimusikalisasi puisi Pray of Jogja yang cukup apik dari siswa kelas XII IPA 7 dalam Lomba Dramatisasi dan Musikalisasi Puisi yang digelar SMAN 2 Semarang.
Selain gampang dicerna penonton, pemilihan diksi juga sederhana dan lugas. Pertunjukan besutan sutradara Brenda Batista itu juga menyentuh dan enak dinikmati karena tambahan komposisi nyanyian bergaya cello di
beberapa sela adegan.
Hanya saja sisi gestur dan dramaturgi belum tergarap betul sehingga terkesan asal-asalan. Seperti halnya penampilan peserta lain yang tampil di hari pertama ajang lomba yang merupakan puncak peringatan bulan bahasa keluarga besar SMAN 2 Semarang itu.
Gebrakan Spektakuler
Lomba diadakan dua hari, Sabtu– Minggu (20–21/11). Lomba yang dinilai tiga juri, yakni Alex Purwo (penulis lakon dan teaterawan), Gunawan Budi Susanto (penulis dan budayawan), serta Daniel Hakiki (pengamat dan pegiat Seni) tersebut diikuti 36 tim yang merupakan perwakilan dari semua kelas di SMAN 2 Semarang.
Ida Yunara salah satu Guru Bahasa Indonesia yang didapuk sebagai koordinator kegiatan mengatakan, setiap kelas, dari kelas IX hingga kelas XII, diwajibkan mengikuti lomba ini dengan menampilkan satu pertunjukan dramatisasi-musikalisasi puisi. Tujuannya, agar semua siswa lebih memahami dan menghayati ilmu bahasa dan sastra, termasuk cara mengapresiasinya.
“Selain sebagai peringatan bulan bahasa, lomba juga kami gunakan sebagai media pembelajaran. Di antaranya untuk memperdalam keilmuan bahasa dan sastra,” jelasnya saat ditemui usai acara pada gelaran hari pertama, Sabtu (20/11) kemarin.
Tak ingin asal-asalan dan berkesan euforia belaka, teknis pelaksanaan kegiatan sudah dipersiapkan jauhjauh hari. Siswa diberi kebebasan menentukan tema dan bentuk penggarapannya sendiri. Hal ini dilakukan agar jiwa kreatif mereka terasah.
“Dengan begitu siswa juga bisa berlatih kerja secara profesional kalau ingin tampil baik. Tentunya mereka harus bekerja sama sebagai satu tim yang solid, karena sebuah pertunjukan membutuhkan banyak elemen untuk disajikan,” imbuhnya.
Sementara, anggota dewan juri Daniel Hakiki menilai, kegiatan lomba dramatisasi-musikalisasi puisi yang digelar SMAN 2 Semarang termasuk gerakan spektakuler di dunia pendidikan. Karena hampir tak ada sekolah yang benar-benar serius menggarap bahasa dan sastra. Apalagi melibatkan seluruh siswa.
“Jika dipandang sebagai sebuah gerakan, menurut saya yang dilakukan SMAN 2 Semarang bisa dikatakan sebagai salah satu gebrakan spektakuler. Karena misinya ingin benarbenar membumikan bahasa dan sastra. Mudah-mudahan terus berkelanjutan,” tukas Daniel. (sohibun niam/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.