Meski bukan berkonsep ketoprak humor, namun gelak tawa penonton terus berlanjut di hampir sepanjang jalannya pementasan menyaksikan aksi konyol dari para pemain yang bukan profesional.
Ya, pementasan ketoprak berjudul Sadumuk Bathuk Sak Nyari Bumi tersebut dimainkan rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan, dosen, mahasiswa, satpam, serta Lurah Tinjomoyo selaku perwakilan warga sekitar kampus.
Jadi tak heran jika permainan mereka terbilang berbeda dengan pemain ketoprak profesional. Bahkan, beberapa kali di tengah adegan mereka lupa naskah dan salah beradegan.
Jadi tak heran jika permainan mereka terbilang berbeda dengan pemain ketoprak profesional. Bahkan, beberapa kali di tengah adegan mereka lupa naskah dan salah beradegan.
Tak terkecuali, terjadi pada Rektor Unika Soegijapranata Prof Budi Widianarko. Di tengah aksinya memerankan Resi Widianarko, ia sesekali membuka contekan dialog.
“Ini baru pertama kalinya saya main ketoprak. Latihan untuk pentas ini efektif paling cuma satu minggu, jadi harap maklum kalau terpaksa harus bawa contekan,” kata Prof. Budi, di sela pementasan, malam itu.
Tak ayal, aksi contek itu pun mengundang gelak tawa dan sorak-sorai penonton yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum tersebut. Namun begitu, mereka terlihat sangat menghayati alur cerita naskah yang dibuat oleh Dekan Fakultas Hukum Unika itu.
Lakon ketroprak yang berdurasi sekitar 2,5 jam itu mengangkat ide pentingnya menyatunya pemerintah dengan dunia pendidikan tinggi dalam menjaga dan membangun negara. Kisah diawali, terusiknya ketentraman Kadipaten Argabendha dengan maraknya aksi antipemerintah berbentuk aksi copet, kecu, begal, rampok, yang dilakukan sebagian rakyatnya.
Lakon ketroprak yang berdurasi sekitar 2,5 jam itu mengangkat ide pentingnya menyatunya pemerintah dengan dunia pendidikan tinggi dalam menjaga dan membangun negara. Kisah diawali, terusiknya ketentraman Kadipaten Argabendha dengan maraknya aksi antipemerintah berbentuk aksi copet, kecu, begal, rampok, yang dilakukan sebagian rakyatnya.
Adipati Argabendha, diperankan Tjahjono Raharjo, Dosen Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP), menuding Resi Widianarko selaku petinggi Pawiyatan (lembaga pendidikan tinggi) sebagai dalang dan provokator dari semua aksi itu, karena hanya Pawiyatan lah yang selama ini kritis menyoroti korupsi dan ketidakadilan yang dilakukannya. Padahal, pembangkangan rakyat itu sebenarnya bukan prakarsa dari Pawiyatan.
Tercipta Harmonisasi
Namun, kecurigaan Adipati kepada Pawiyatan akhirnya pupus setelah Kadipaten Argabendha diserang prajurit musuh. Adipati akhirnya mengetahui jika sebenarnya Pawiyatan sangat mencintai tanah air ketika melihat Pawiyatan berada di barisan paling depan bersama rakyat untuk merebut kembali Kadipaten dari kekuasaan musuh. Akhirnya, sang Resi petinggi Pawiyatan diangkat sebagai penasihat Kadipaten. Selain itu, Adipati juga memberi otonomi kepada Pawiyatan. Dan ketentraman pun akhirnya nyata tercipta.
Prof Budi Widianarko menerangkan, pihaknya memilih menggelar pentas ketoprak yang melibatkan sivitas akademik Unika dan masyarakat sekitar dalam memperingati Dies Natalis Ke-26, demi mengangkat kesenian tradisional Jawa yang saat ini meredup. Selain itu, kegiatan juga dimaksudkan sebagai ruang bertemunya warga kampus dengan masyarakat sekitar.
“Kampus itu kan harus hidup menyatu dengan masyarakat. Dan kami sangat bersyukur dengan pentas ketoprak ini masyarakat dan warga kampus bisa guyub dan duduk bersama tanpa sekat,” tandasnya. (sna)
HARSEM/SOKHIBUN NI’AM
Rektor Prof Budi Widianarko (jubah putih) memerankan Resi Widianarko dalam pentas ketoprak peringatan Dies Natalis Unika
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.