HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI Endang Susanawati |
DANA BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diterima SD Mataram Semarang selalu digunakan untuk memenuhi kebutuhan alat peraga. Hal itu disampaikan Kepala Sekolah Endang Susanawati kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya. Dijelaskan, BOS memang khusus untuk membeli alat peraga. “Selain itu juga untuk biaya operasional sekolah,” jelasnya.
Dikatakan, karena merupakan sekolah swasta, pihaknya tak perlu menggunakan dana BOS untuk membayar honor guru. “Karena gaji ditanggung yayasan. Sehingga dana BOS kami alokasikan untuk memenuhi alat peraga,” urainya.
Alat peraga yang dibeli di antaranya yaitu alat peraga IPA dan mata pelajaran lain. “Meski dana BOS tidak kami gunakan untuk membayar honor guru, namun kami tak mematok SPP yang mahal,” urainya.
Besaran SPP rata-rata adalah Rp 100 ribu. “Meski sekolah swasta, bukan berarti mudah menarik iuran dari siswa,” jelasnya.
Karena dari 96 siswa sekolah tersebut, kebanyakan berasal dari ekonomi menengah. “Kaya banget tidak, miskin juga tidak. Namun ya itu tadi, bukan berarti mudah membebani siswa terhadap macam-macam pungutan,” terangnya.
Sementara itu, dukungan orangtua terhadap pendidikan anak juga cukup baik. “Banyak siswa yang sekalian mengantar atau menjemput anak di sekolah. Mereka sekaligus memanfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan guru tentang perkembangan anak,” jelasnya.
Salah satunya terlihat dari persiapan siswa terutama untuk kelas enam yang mulai menghadapi persiapan ujian. “Untuk persiapan ujian, kami mengajak siswa untuk banyak belajar. salah satunya dengan menambah tambahan jam pelajaran,” jelasnya.
Dijelaskan, dari 21 siswa kelas enam, yang masih membutuhkan bimbingan khusus ada sekitar lima siswa. “Orangtua dari lima siswa ini juga cukup memperhatikan perkembangan anak. Mereka membantu anak saat belajar di rumah. Selain itu kalau ada yang kurang mereka pasti menanyakan kekurangan itu ke pihak sekolah,” paparnya.
Dukungan orangtua terlihat melalui buku tugas yang dipegang masing-masing siswa. “Buku tugas ini merupakan bukti bahwa saat di rumah siswa dibimbing oleh orangtua. Misalnya ada tugas PR (pekerjaan rumah), jika siswa lupa mengerjakan dan hasil dari PR tersebut bagus, sedikit banyak itu karena peran orangtua yang mau membimbing,” jelasnya.
Karena, untuk siswa sendiri, terkadang ketika harus berkonsultasi kepada guru mereka takut atau sungkan, tapi ketika berkomunikasi dengan orang tua mereka tidak takut dan terkesan terbuka. “Untuk itu, orangtua memang kami jadikan sebagai rekan kerjasama untuk memajukan pendidikan anak,” tandasnya. (awi/nji)
Dikatakan, karena merupakan sekolah swasta, pihaknya tak perlu menggunakan dana BOS untuk membayar honor guru. “Karena gaji ditanggung yayasan. Sehingga dana BOS kami alokasikan untuk memenuhi alat peraga,” urainya.
Alat peraga yang dibeli di antaranya yaitu alat peraga IPA dan mata pelajaran lain. “Meski dana BOS tidak kami gunakan untuk membayar honor guru, namun kami tak mematok SPP yang mahal,” urainya.
Besaran SPP rata-rata adalah Rp 100 ribu. “Meski sekolah swasta, bukan berarti mudah menarik iuran dari siswa,” jelasnya.
Karena dari 96 siswa sekolah tersebut, kebanyakan berasal dari ekonomi menengah. “Kaya banget tidak, miskin juga tidak. Namun ya itu tadi, bukan berarti mudah membebani siswa terhadap macam-macam pungutan,” terangnya.
Sementara itu, dukungan orangtua terhadap pendidikan anak juga cukup baik. “Banyak siswa yang sekalian mengantar atau menjemput anak di sekolah. Mereka sekaligus memanfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan guru tentang perkembangan anak,” jelasnya.
Salah satunya terlihat dari persiapan siswa terutama untuk kelas enam yang mulai menghadapi persiapan ujian. “Untuk persiapan ujian, kami mengajak siswa untuk banyak belajar. salah satunya dengan menambah tambahan jam pelajaran,” jelasnya.
Dijelaskan, dari 21 siswa kelas enam, yang masih membutuhkan bimbingan khusus ada sekitar lima siswa. “Orangtua dari lima siswa ini juga cukup memperhatikan perkembangan anak. Mereka membantu anak saat belajar di rumah. Selain itu kalau ada yang kurang mereka pasti menanyakan kekurangan itu ke pihak sekolah,” paparnya.
Dukungan orangtua terlihat melalui buku tugas yang dipegang masing-masing siswa. “Buku tugas ini merupakan bukti bahwa saat di rumah siswa dibimbing oleh orangtua. Misalnya ada tugas PR (pekerjaan rumah), jika siswa lupa mengerjakan dan hasil dari PR tersebut bagus, sedikit banyak itu karena peran orangtua yang mau membimbing,” jelasnya.
Karena, untuk siswa sendiri, terkadang ketika harus berkonsultasi kepada guru mereka takut atau sungkan, tapi ketika berkomunikasi dengan orang tua mereka tidak takut dan terkesan terbuka. “Untuk itu, orangtua memang kami jadikan sebagai rekan kerjasama untuk memajukan pendidikan anak,” tandasnya. (awi/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.