Grup keroncong remaja SMPN 23 Semarang saat manggung dalam Kharisma Keroncong Saba Pantura di Demak pertengahan Oktober lalu |
Dulu Dianggap Jadul, Kini Sampai Nolak Order Manggung
KHAWATIR kesenian musik keroncong punah karena tergerus perkembangan musik moderen, Kepala SMP Negeri 23 Semarang, S Agung Nugroho melakukan terobosan. Dia menjadikan keroncong sebagai salah satu ekstrakurikuler. Setahun berjalan, kini sudah memiliki tiga grup keroncong remaja. Tawaran manggung juga ramai, berdatangan dari dalam hingga luar kota.
KHAWATIR kesenian musik keroncong punah karena tergerus perkembangan musik moderen, Kepala SMP Negeri 23 Semarang, S Agung Nugroho melakukan terobosan. Dia menjadikan keroncong sebagai salah satu ekstrakurikuler. Setahun berjalan, kini sudah memiliki tiga grup keroncong remaja. Tawaran manggung juga ramai, berdatangan dari dalam hingga luar kota.
Awalnya Agung mengaku pesimis. Dia khawatir, minat siswa terhadap musik keroncong minim. Namun setelah menggelar workshop musik keroncong dengan menggandeng Komunitas Warung Keroncong, banyak siswa yang tertarik. “Awalnya terbentuk satu grup, kini sudah berkembang menjadi tiga grup,” ucapnya, Jumat (28/10).
Sebagai ektrakurikuler, Agung menjelaskan keroncong masih dikhususkan bagi siswa yang berbakat saja. Mengingat masih terbatasnya sarana dan prasarana seperti pelatih dan perangkat musik. “Satu grup diperkuat 10 siswa. Terdiri atas pemain ukulele, crang, cello, bass, gitar melodi, keyboard dan beberapa penyanyi,” sebutnya.
Mendekatkan musik keroncong dengan siswa di tengah kepungan musik moderen, menurut Agung awalnya tidak mudah. Awalnya, banyak mengejek keroncong sebagai musik jadul. Dia mencoba bersiasat dengan menggunakan lagu remaja. “Supaya siswa berminat belajar keroncong, kami tetap menggunakan lagu-lagu remaja yang tengah trend namun penyajiannya tetap khas keroncong. Alhamdulillah cara ini berhasil menumbuhkan minat siswa memainkan musik keroncong,” bebernya.
Sampai saat ini, grup keroncong remaja SMP Negeri 23 sudah sering mendapatkan kesempatan tampil di berbagai event musik. Terakhir, mereka diundang mengisi Kharisma Keroncong Saba Pantura di Demak pertengahan Oktober lalu. Selain itu, mereka juga pernah tampil mengiringi penyanyi keroncong kondang Tuty Maryati dari Jakarta.
“Kami sering mendapat undangan untuk mengisi acara, baik dalam kota maupun luar Semarang. Banyak yang terpaksa kami tolak karena kami takut kegiatan belajar siswa terganggu,” ucap Agung.
Upaya pelestarian keroncong, dikatakan Agung, akan terus dilakukan pihaknya. Agar musik keroncong kian membumi pihaknya bertekad terus melakukan inovasi. Salah satunya dengan mempersiapkan film dokumenter tentang perjuangan grup keroncong remaja SMP Negeri 23. (sna/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.