Home » , , » Demi Kehidupan, Anak-anak Menanam Pohon

Demi Kehidupan, Anak-anak Menanam Pohon

Written By amoy ya annisaa on Kamis, 14 Juni 2012 | 13.52

FESTIVAL POHON: Bowo Kajangan mengajak anak-anak mencintai dan menanam pohon. (HARSEM/INDRA PRABAWA)

MESKI matahari bersinar terik siang kemarin, tidak menyurutkan semangat puluhan siswa TK mengikuti aksi teatrikal pembukaan Festival Pohon yang digelar Komunitas Kandang Gunung dengan tema Suket Godong Dadi Roang. Festival digelar di Lapangan kelurahan Nongkosawit Kecamatan Gunungpati.

DI bawah bimbingan seniman Bowo Kanjangan, mereka membentuk lingkaran mengelilingi bambu yang diikat kain batik. “Sopo sing wes tau nandur, sopo seng kepengen nandur?” teriak Bowo kepada anak-anak dan langsung dijawab dengan teriakan serempak “aku”

Bowo dengan rambut gondrongnya ini kemudian melanjutkan aksinya dengan meneriakkan “Sopo sing kepengen bumine rusak, sopo sing kepengen ora duwe wit? (siapa yang ingin buminya rusak, siapa yang ingin tidak punya pohon),” tanyanya. Anak-anak langsung menjawab dengan jawaban tidak.

Bowo kemudian mengajak anak-anak mengelilingi satu ikat ranting bambu tersebut. Setelah satu putaran, ikatan bambu dibuka dan ranting bambu itu pun dibagikan kepada setiap anak.

Dengan meneriakan “Yuk ndandur yuk”, dan membawa ranting bambu, anak-anak kemudian berjalan menuju lapangan sepakbola di sebelah barat Kelurahan. Mereka membentuk lingkaran mengelilingi instalasi urat banyu yang terbuat dari anyaman bambu dengan masih membawa ranting bambu.

Setelah itu, ranting bambu diberikan kepada seluruh tamu. Pemberian ranting bambu memberi makna bahwa apapun bentuknya jika kita menanam ranting tidak akan tumbuh.

Memohon Penghidupan

Puncak acara, anak-anak mengambil bibit tanaman untuk ditanam. Sebelumnya, anak-anak berdoa kepada Tuhan, memohon Tuhan memberi penghidupan pada pohon. Setiap pohon yang ditanam, diberi nama sesuai nama yang menanam.

Bowo Kajangan mengatakan, teatrikal menggambarkan, bagaimana pun keadaan bumi akan diserahkan kembali kepada anak-anak. Anak-anak sebagai penerus harus dibimbing sejak dini untuk mengenal pohon dan mencintai pohon demi kelangsungan dan menjaga bumi.

“Orang tua itu cuma nyileh (pinjam) kepada anak anak dan dan harus dikembalikan kepada anak-anak. Menanam pohon sejak dini, ngunduhnya saat dewasa. Setelah dewasa harus mengembalikan lagi pada anak-anak, sehingga ada regenerasi berkesinambungan,” katanya.

Ketua Komunitas Kandang Gunung Agus Ismanto IM mengatakan, intensitas penebangan pohon cukup tinggi. Dalam waktu 10 tahun, bisa lebih dari 10-20% pohon di wilayah kecamatan Gunungpati ditebang.

“Intensitas penebangan cukup tinggi, sehingga Komunitas Kandang Gunung melalui kegiatan festival pohon ingin memotivasi warga agar memelihara. Serta mengurangi intensitas penebangan pohon,” katanya

Dijelaskan, hilangnya keberadaan pohon di Gunungpati dikarenakan perkembangan perumahan yang cukup pesat. “Pengembangan rumah menjadi ancaman keberadaan pohon. Pemkot terlalu mudah memberikan izin prinsip, penebangan kayu,” jelasnya.

 Agus berharap, dapat mengajak warga agar menjaga pohon dan mempertahankan pohon besar di wilayah Gunungpati. Jika pohon-pohon yang tumbuh tidak ditebangi maka sumber air akan terjaga.

“Banyaknya penebangan pohon menyebabkan banyak sumber air hilang. Padahal pohon memberikan kontribusi pada cadangan air sumber, apalagi kawasan Gunungpati menjadi daerah resapan air di Kota semarang,” harapnya. (wam/16)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger