Latest Post
Tampilkan postingan dengan label hobi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hobi. Tampilkan semua postingan
09.04
PERPUSATAKAAN merupakan satu bagian penting dalam sekolah. Keberadaanya bisa menjadi jendela ilmu dan wawasan siswa dalam melihat dunia lebih luas. Oleh sebab itu, penting dilakukan pengembangan dan pengelolaan terhadap perpustakaan sekolah secara maksimal, sebagaimana dilakukan SMAN 7 Semarang selama ini.
Dengan konsistensi semangat mengembangkan perpustakaan sekolahnya, SMAN 7 Semarang tidak saja telah berhasil mendongkrak minat baca para siswanya. Pada ajang lomba perpustakaan kategori SMA tingkat Kota Semarang baru-baru ini, SMAN 7 Semarang berhasil menjadi juara I.
Kepala Sekolah Kastri Wahyuni mengatakan, memiliki perpusakaan sekolah yang memadai merupakan salah satu impian yang ingin terus diwujudkan. Tanpa mengesampingkan pengembangan sektor lain, pihaknya mengaku terus berjuang membangun perpustakaan sekolah secara bertahap.
“Kami selalu berupaya menambah koleksi buku. Tahun 2010, jumlah koleksi judul buku perpustakaan kami ada sekitar 4.994 judul. Tahun ini sudah mencapai 5.453 judul. Sedangkan jumlah eksemplar pada 2010 ada sekitar 8.929 buku dan meningkat pada tahun ini menjadi 10.480 buku,” beber Kastri, saat ditemui di sekolah, Juma’at (9/12).
Pihaknya juga mengaku terus menggenjot sistem pelayananan perpustakaannya. Selain, peningkatan kualitas pegawai perpustakaan, sejak 2008 pihaknya juga menerapkan sistem aplikasi Libguard untuk peminjaman dan pengembalian, pencarian buku, finger print, aktivasi kartu, dan barcode. Selain itu, disediakan pula akses internet via WiFi di indoor dan outdoor perpustakaan. “Semua ihktiar itu kami terus upayakan agar para siswa betah mengunjungi perpustakaan,” imbuhnya.
Dalam pengembangan fasilitas perpustakan sekolahnya, Kastri mengaku selalu menganggarkan biayanya melalui RAPBS setiap tahunnya. Selain itu, pihaknya menjalin kerjasama dengan sejumlah pihak. “Untuk koleksi buku, kami juga memberi kesempatan kepada siswa yang ingin menyumbangkan bukus bekas yang mereka miliki,” terangnya.
Terkait prestasi yang berhasil diraih SMAN 7 Semarang dalam lomba perpustakaan baru-baru ini, Kastri mengaku bangga, apalagi dalam lomba itu sekolanya yang notabenenya masih sebagai sekolah biasa (non-RSBI/SBI) bisa mengungguli sekolah RSBI. Pada lomba perpustakaan sekolah tingkat SMA se-Semarang 2011, SMAN 7 Semarang berhasil menjadi juara pertama, disusul SMAN 1 dan SMAN 3 Semarang.
“Paling tidak, pencapaian itu akan berguna untuk pemacu semangat dalam membangun perpustakaannya sekolahnya lebih baik lagi,” tandasnya. (sna)
SMAN 7 Semarang Kembangkan Perpustakaan
Written By p3joeang45 on Senin, 12 Desember 2011 | 09.04
Perpustakaan SMAN 7 Semarang selalu terlihat ramai dikunjungi siswa |
Dengan konsistensi semangat mengembangkan perpustakaan sekolahnya, SMAN 7 Semarang tidak saja telah berhasil mendongkrak minat baca para siswanya. Pada ajang lomba perpustakaan kategori SMA tingkat Kota Semarang baru-baru ini, SMAN 7 Semarang berhasil menjadi juara I.
Kepala Sekolah Kastri Wahyuni mengatakan, memiliki perpusakaan sekolah yang memadai merupakan salah satu impian yang ingin terus diwujudkan. Tanpa mengesampingkan pengembangan sektor lain, pihaknya mengaku terus berjuang membangun perpustakaan sekolah secara bertahap.
“Kami selalu berupaya menambah koleksi buku. Tahun 2010, jumlah koleksi judul buku perpustakaan kami ada sekitar 4.994 judul. Tahun ini sudah mencapai 5.453 judul. Sedangkan jumlah eksemplar pada 2010 ada sekitar 8.929 buku dan meningkat pada tahun ini menjadi 10.480 buku,” beber Kastri, saat ditemui di sekolah, Juma’at (9/12).
Pihaknya juga mengaku terus menggenjot sistem pelayananan perpustakaannya. Selain, peningkatan kualitas pegawai perpustakaan, sejak 2008 pihaknya juga menerapkan sistem aplikasi Libguard untuk peminjaman dan pengembalian, pencarian buku, finger print, aktivasi kartu, dan barcode. Selain itu, disediakan pula akses internet via WiFi di indoor dan outdoor perpustakaan. “Semua ihktiar itu kami terus upayakan agar para siswa betah mengunjungi perpustakaan,” imbuhnya.
Dalam pengembangan fasilitas perpustakan sekolahnya, Kastri mengaku selalu menganggarkan biayanya melalui RAPBS setiap tahunnya. Selain itu, pihaknya menjalin kerjasama dengan sejumlah pihak. “Untuk koleksi buku, kami juga memberi kesempatan kepada siswa yang ingin menyumbangkan bukus bekas yang mereka miliki,” terangnya.
Terkait prestasi yang berhasil diraih SMAN 7 Semarang dalam lomba perpustakaan baru-baru ini, Kastri mengaku bangga, apalagi dalam lomba itu sekolanya yang notabenenya masih sebagai sekolah biasa (non-RSBI/SBI) bisa mengungguli sekolah RSBI. Pada lomba perpustakaan sekolah tingkat SMA se-Semarang 2011, SMAN 7 Semarang berhasil menjadi juara pertama, disusul SMAN 1 dan SMAN 3 Semarang.
“Paling tidak, pencapaian itu akan berguna untuk pemacu semangat dalam membangun perpustakaannya sekolahnya lebih baik lagi,” tandasnya. (sna)
Label:
hobi,
Pendidikan,
SMA
10.07
Dikatakan, dirinya mengikuti berbagai berita, mulai dari politik, pendidikan, hingga olahraga. “Terutama untuk berita dalam negeri. Sekarang sangat mudah dan cepat untuk mengetahui kondisi suatu tempat meski lokasinya jauh. Ini berkat kecanggihan tekonologi,” ujar pria kelahiran Semarang,17 Januari 1960 ini.
Dijelaskan, salah satu berita yang terus diingatnya adalah tentang resafel kabinet, menyangkut pergantian nama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
“Saya pribadi sangat menyambut baik dengan adanya pergantian nama ini. Berarti akhirnya pemerintah sadar bahwa nilai kebudayaan merupakan hal penting dalam proses pendidikan di Indonesia. Nilai kebudayaan dapat membangun karakter dari peserta didik,” paparnya.
Dia berharap, dengan pergantian nama tersebut, mudah-mudahan bisa membawa angin segar pada dunia pendidikan di tanah air. “Dengan pendidikan berkebudayaan, lulusan sekolah dari level terendah sampai tertinggi memiliki sikap yang lebih berbudaya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Karena terus terang saat ini yang kita lihat rasa cinta anak bangsa terhadap budaya kita sudah luntur,” lanjutnya.
Dengan pendidikan berbasis budaya, masa depan pelajar diharapkan lebih dapat terarah dengan baik. “Harapannya yang pasti adalah kenakalan pelajar dapat berkurang. Selain itu mereka dapat bersikap lebih santun dalam menghadapi konflik yang menghadang,” tambah Supriyono.
Selain membaca koran, suami dari Sri Paryuni ini juga sangat suka nonton televisi. “Ini saya lakukan sambil beristirahat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan,” tambahnya.
Sementara itu, mengenai pekerjaan, ayah dari dr Esis Prasasti Inda Chaula dan Kalif Helmi Hijriyati ini sangat menikmati profesinya. Mengawali karir sebagai guru SD, kemudian menjadi kepala sekolah, Supriyono bisa dibilang memiliki pengalaman kerja cukup di bidang ini.
Pengagum Susilo Bambang Yudhoyono ini mengungkapkan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah selalu berjuang dan berusaha. Berjuang untuk menjadikan hidup lebih baik dari kemarin, dan berusaha mewujudkannya dengan upaya dan kerja keras.
“Dengan terbuka, kejujuran, hidup sederhana, dan apa adanya, niscaya hidup yang kita jalani menjadi lebih mudah. Tidak menemui banyak kendala. Kalaupun ada halangan di depan, tuntaskan melalui jalan musyawarah, dengan begitu masing-masing pihak merasa puas, dan tidak ada ganjalan di belakang,“ tutur pria yang juga gemar menikmati musik Jawa ini. (awi/nji)
Suka Membaca, Hobi Nabuh Gendang
Written By p3joeang45 on Selasa, 29 November 2011 | 10.07
![]() |
Supriyono menabuh gendang sebagai refreshing di sela kesibukan sebagai kepala sekolah |
MEMULAI hari dengan membaca adalah rutinitas Supriyono. Pria yang juga Kepala Sekolah SDN Bangetayu Wetan 03 Semarang ini menjadikan hobi membaca sebagai pemuas batin. “Saya selalu memulai hari dengan membaca koran. Mulai dari koran lokal hingga nasional, selalu menjadi santapan sehari-hari,” jelasnya kepada Harsem.
Dikatakan, dirinya mengikuti berbagai berita, mulai dari politik, pendidikan, hingga olahraga. “Terutama untuk berita dalam negeri. Sekarang sangat mudah dan cepat untuk mengetahui kondisi suatu tempat meski lokasinya jauh. Ini berkat kecanggihan tekonologi,” ujar pria kelahiran Semarang,17 Januari 1960 ini.
Dijelaskan, salah satu berita yang terus diingatnya adalah tentang resafel kabinet, menyangkut pergantian nama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
“Saya pribadi sangat menyambut baik dengan adanya pergantian nama ini. Berarti akhirnya pemerintah sadar bahwa nilai kebudayaan merupakan hal penting dalam proses pendidikan di Indonesia. Nilai kebudayaan dapat membangun karakter dari peserta didik,” paparnya.
Dia berharap, dengan pergantian nama tersebut, mudah-mudahan bisa membawa angin segar pada dunia pendidikan di tanah air. “Dengan pendidikan berkebudayaan, lulusan sekolah dari level terendah sampai tertinggi memiliki sikap yang lebih berbudaya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Karena terus terang saat ini yang kita lihat rasa cinta anak bangsa terhadap budaya kita sudah luntur,” lanjutnya.
Dengan pendidikan berbasis budaya, masa depan pelajar diharapkan lebih dapat terarah dengan baik. “Harapannya yang pasti adalah kenakalan pelajar dapat berkurang. Selain itu mereka dapat bersikap lebih santun dalam menghadapi konflik yang menghadang,” tambah Supriyono.
Selain membaca koran, suami dari Sri Paryuni ini juga sangat suka nonton televisi. “Ini saya lakukan sambil beristirahat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan,” tambahnya.
Sementara itu, mengenai pekerjaan, ayah dari dr Esis Prasasti Inda Chaula dan Kalif Helmi Hijriyati ini sangat menikmati profesinya. Mengawali karir sebagai guru SD, kemudian menjadi kepala sekolah, Supriyono bisa dibilang memiliki pengalaman kerja cukup di bidang ini.
Pengagum Susilo Bambang Yudhoyono ini mengungkapkan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah selalu berjuang dan berusaha. Berjuang untuk menjadikan hidup lebih baik dari kemarin, dan berusaha mewujudkannya dengan upaya dan kerja keras.
“Dengan terbuka, kejujuran, hidup sederhana, dan apa adanya, niscaya hidup yang kita jalani menjadi lebih mudah. Tidak menemui banyak kendala. Kalaupun ada halangan di depan, tuntaskan melalui jalan musyawarah, dengan begitu masing-masing pihak merasa puas, dan tidak ada ganjalan di belakang,“ tutur pria yang juga gemar menikmati musik Jawa ini. (awi/nji)