Home » , » Andalkan BOS, Ekskul Kurang Berkembang

Andalkan BOS, Ekskul Kurang Berkembang

Written By Harian Semarang on Rabu, 13 Oktober 2010 | 03.30

BANTUAN Operasional Sekolah atau dikenal dengan istilah BOS rupanya tak selamanya membawa dampak positif. Segi positifnya adalah siswa tak perlu membayar biaya sekolah, namun negatifnya ekstrakurikuler kurang berkembang.

Beberapa kepala sekolah SD mengakui jumlah ekstrakurikuler berkurang karena keterbatasan ruang gerak guru dalam mengandalkan dana BOS. Kepala SD Negeri Sompok Semarang, Marsiati menjelaskan, beberapa ekstrakurikuler terpaksa ditiadakan karena ketiadaan dana operasional.

“Dulu banyak ekstrakurikuler yang kami miliki, namun setelah ada dana BOS kami dilarang pemerintah untuk
menarik dana dari orang tua murid. Padahal dana BOS juga terbatas,” ungkapnya kepada Harsem.

Meski begitu, pihaknya tak lantas berdiam diri. “Kami berusaha untuk berprestasi meski dana yang kami miliki sifatnya terbatas. Ada beberapa kejuaran yang dapat kami menangkan,” jelasnya.

Hingga saat ini, jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler memang banyak yang vakum, namun tetap ada beberapa yang masih diaktifkan. “Contohnya karawitan, renang, serta taekwondo,” imbuhnya.

Khusus untuk kegiatan renang, pihaknya mengakui hanya menyediakan guru saja. “Karena justru orangtua siswa yang memiliki kesadaran tinggi untuk membayar akomodasi,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala SDN Citarum 02, Darminto menjelaskan, hingga saat ini pihak sekolah untuk sementara menonaktifkan ekstrakurikuler drumband.

“Karena biaya operasionalnya sangat tinggi padahal sekolah tidak memiliki dana. Kami harus mengandalkan dana BOS dan tidak boleh meminta sumbangan dari orang tua murid. Jadi untuk sementara ekstrakurikuler drumband kami vakumkan,” jelasnya.

Dijelaskan, untuk sekali mengikuti festival saja, sekolah harus merogoh kocek hingga Rp 50 juta.

“Belum lagi untuk membayar pengajarnya, sebenarnya banyak dari orang tua murid yang meminta ekstrakurikuler drumband diaktifkan kembali. Namun apa daya belum ada dana. Sebenarnya banyak juga pihak yang menawarkan diri untuk mengajar drumband, tapi saat ini belum bisa direalisasikan,” lanjutnya.

Dijelaskan, hingga saat ini, beberapa ekstrakurikuler bisa bertahan karena biaya operasionalnya tidak sebanyak drumband. Di antaranya pramuka dan karawitan.

“Untuk karawitan, sekali mengikuti lomba biaya operasionalnya sekitar Rp 1 juta. Pramuka juga sekitar itu,” ungkapnya. Senada, Kepala SDN Kalicari 05, Heri Yulianto menjelaskan, hingga saat ini pihaknya tidak sanggup mengikutkan ekstrakurikuler drumband ke festivalfestival.

“Hingga saat ini kami hanya latihan saja. Karena tidak memiliki dana kalau harus mengikutsertakan di festival
drumband. Latihan juga salah satu tujuannya agar peralatan yang dimiliki sekolah tidak mubadzir. Kan peralatan yang kami miliki lumayan lengkap,” jelasnya.

Selain itu, untuk perangkat komputer juga masih sangat terbatas. “Hingga saat ini kami memiliki 10 perangkat
komputer. Sebenarnya kalau dilihat dari jumlah peminatnya perangkat komputer tersebut masih kurang, tapi bagaimana lagi kalau memang tidak ada dana untuk membelinya,” keluhnya. (aris)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger