AGAR pendidikan jauh dari kekerasan, guru diharapkan mendidik secara humanis. Deputi V Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayagunaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Wahyu Hartomo mengatakan, pendidik humanis harus dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif.
“Pendekatan dialogis dilakukan dengan membangun dialog dengan murid, sifatnya komunikasi dua arah. pendekatan reflektif dengan membangun komunikasi dengan dirinya sendiri, introspeksi, dan evaluasi diri contohnya.
Sedangkan pendekatan ekspresif dilakukan dengan proses belajarmengajar yang sekreatif mungkin,” jelas Wahyu di sela-sela acara pelatihan guru di Jakarta, Senin (29/11) kemarin.
Sementara itu, pendidik yang berbhinneka mendidik dengan konsep multikultural. Menurutnya, konsep multikultural harus diangkat kembali mengingat saat ini wawasan kebhinnekaan di tengah masyarakat dirasakan sudah mulai memudar.
“Paham kebhinnekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saat ini bisa dibilang sudah mulai luntur. Untuk itulah, para pendidik perlu menanamkan kembali nilai-nilai multikultural dan kebersamaan kepada para siswanya,” tambahnya.
Para pendidik diharapkan bisa menjadi media untuk menyosialisasikan makna agama, radikalisme, dan terorisme yang sebenarnya dengan basis humanisme dan kebhinnekaan.
“Guru harus menjadi agent of change dan murid harus diberi pengertian tentang kebhinnekaan Indonesia. Nantinya, diharapkan dengan wawasan humanisme dan kebhinnekaan ini anak-anak kita tidak akan terjerumus kepada radikalisme berbasis agama,” tandasnya. (sna/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.