SEKITAR 75% siswa kelas VI di SD Negeri Pedurungan Kidul 7 diprioritaskan mengikuti tambahan jam pelajaran untuk melakukan perbaikan. Hal tersebut diungkapkan Kepala Sekolah Maryatun saat ditemui Harsem di ruang kerjanya, kemarin. Menurutnya, itu dilakukan agar siswa bisa benar-benar siap mengikuti Ujian Nasional atau UASBN yang akan digelar Mei 2011 mendatang.
Dijelaskan, tambahan jam pelajaran memang diwajibkan bagi siswa kelas VI. “Bagi siswa kelas enam hukumnya wajib. Selain itu, persiapan menghadapi UN sudah kami lakukan sejak kelas lima,” jelasnya.
Pemberian tambahan jam pelajaran telah dilakukan sejak September lalu. “Agar tidak terlalu mepet karena yang harus diajarkan banyak,” imbuhnya.
Maryatun mengatakan, hasil Ujian Akhir Semester (UAS) 1 kemarin terbilang memuaskan. “Tadi saya mendampingi guru yang tengah menyusun nilai raport. Mereka melaporkan hasil UAS memuaskan,” ungkapnya.
Hasil tes yang memuaskan itu tak lepas dari peran orangtua yang sangat proakitf terhadap perkembangan anaknya. “Banyak orangtua yang anaknya kurang pandai, tidak malu bertanya kepada guru mengenai perkembangan pendidikan anaknya,” jelasnya.
Dikatakan, selain orangtua yang proaktif, ada juga yang yang menunggu panggilan sekolah untuk membicarakan perkembangan anaknya. “Kami harus mengundang mereka. Biasanya komunikasi kami lakukan bersamaan dengan penerimaan rapor,” terangnya.
Diakuinya, mayoritas orangtua siswa berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. “Namun yang membuat saya salut mereka sangat aktif mendukung kegiatan sekolah,” jelasnya.
Selain komunikasi dengan orangtua selalu dijaga, Maryatun mengatakan sekolah selalu mengadakan try out untuk mempersiapkan mental siswa mengikuti UN. “Biasanya sebelum UN, kami mengadakan try out sekitar enam kali baik yang dilakukan Disdik Kota Semarang maupun try out dari lembaga bimbingan belajar,” urainya.
Mengenai kendala, Maryatun mengatakan banyaknya godaan telivisi. “Televisi memang kerap melenakan. Jika sudah nonton televisi, bisa habis waktu lama. Apalagi kalau orangtua suka menonton sinetron, anak jadi ikut-ikutan,” terangnya.
Oleh karena itu, diakui Maryatun, menjadi tugas sekolah untuk terus-menerus memberiken bimbingan dan arahan kepada siswa dan orangtuanya untuk meningkatkan kualitas dan jam belajar saat di rumah. “Belajar jangan hanya di sekolah. Di rumah juga harus belajar di bawah bimbingan orangtua. Selain itu kami juga ikut menyosialisasikan program pemerintah mengenai jam belajar, yakni pukul 18.30 hingga 21.30 tersebut,” pungkasnya. (awi/nji)
Dijelaskan, tambahan jam pelajaran memang diwajibkan bagi siswa kelas VI. “Bagi siswa kelas enam hukumnya wajib. Selain itu, persiapan menghadapi UN sudah kami lakukan sejak kelas lima,” jelasnya.
Pemberian tambahan jam pelajaran telah dilakukan sejak September lalu. “Agar tidak terlalu mepet karena yang harus diajarkan banyak,” imbuhnya.
Maryatun mengatakan, hasil Ujian Akhir Semester (UAS) 1 kemarin terbilang memuaskan. “Tadi saya mendampingi guru yang tengah menyusun nilai raport. Mereka melaporkan hasil UAS memuaskan,” ungkapnya.
Hasil tes yang memuaskan itu tak lepas dari peran orangtua yang sangat proakitf terhadap perkembangan anaknya. “Banyak orangtua yang anaknya kurang pandai, tidak malu bertanya kepada guru mengenai perkembangan pendidikan anaknya,” jelasnya.
Dikatakan, selain orangtua yang proaktif, ada juga yang yang menunggu panggilan sekolah untuk membicarakan perkembangan anaknya. “Kami harus mengundang mereka. Biasanya komunikasi kami lakukan bersamaan dengan penerimaan rapor,” terangnya.
Diakuinya, mayoritas orangtua siswa berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. “Namun yang membuat saya salut mereka sangat aktif mendukung kegiatan sekolah,” jelasnya.
Selain komunikasi dengan orangtua selalu dijaga, Maryatun mengatakan sekolah selalu mengadakan try out untuk mempersiapkan mental siswa mengikuti UN. “Biasanya sebelum UN, kami mengadakan try out sekitar enam kali baik yang dilakukan Disdik Kota Semarang maupun try out dari lembaga bimbingan belajar,” urainya.
Mengenai kendala, Maryatun mengatakan banyaknya godaan telivisi. “Televisi memang kerap melenakan. Jika sudah nonton televisi, bisa habis waktu lama. Apalagi kalau orangtua suka menonton sinetron, anak jadi ikut-ikutan,” terangnya.
Oleh karena itu, diakui Maryatun, menjadi tugas sekolah untuk terus-menerus memberiken bimbingan dan arahan kepada siswa dan orangtuanya untuk meningkatkan kualitas dan jam belajar saat di rumah. “Belajar jangan hanya di sekolah. Di rumah juga harus belajar di bawah bimbingan orangtua. Selain itu kami juga ikut menyosialisasikan program pemerintah mengenai jam belajar, yakni pukul 18.30 hingga 21.30 tersebut,” pungkasnya. (awi/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.