Home » , » Belum Punya Perpustakaan, Buku Ditaruh Keranjang

Belum Punya Perpustakaan, Buku Ditaruh Keranjang

Written By tyastya on Kamis, 11 Agustus 2011 | 13.44

KARENA belum memiliki ruang untuk perpustakaan, terpaksa koleksi buku ditaruh di dalam keranjang. Untuk sementara, kiat itu bisa menjadi solusi ketiadaan ruang perpustakaan di TK PGRI 16 Semarang.

Kepala Sekolah Yuni Susilowati mengatakan, sebetulnya siswa usia TK belum terlalu suka membaca buku. Apalagi banyak di antara mereka yang belum mengenal huruf. “Namun sebagian sudah mulai membuka-buka buku. Bahkan sudah ada yang mengenal huruf dan membaca, meski terbata-bata,” jelasnya.

Beberapa siswa malah kerap meminjam buku di sekolah untuk belajar di rumah. “Mereka gunakan sendiri untuk belajar di rumah. Meski usia TK kan masih bermain, belum saatnya mengenal huruf apalagi membaca. Namun orangtua sekarang lebih modern, banyak yang sudah mengajari anak mereka membaca, mengenal huruf, dan angka,” kata dia.
Karenanya, keberadaan perpustakaan di TK sebetulnya merupakan salah satu fasilitas yang harus dipenuhi. “Namun saat ini memang belum, dana juga belum ada. Kalau harus mengandalkan orangtua juga tidak mungkin, karena di sini banyak siswa dari keluarga kurang mampu,” kata dia.
Dijelaskan, selain perpustakaan, fasilitas lain yang dirasa masih kurang yaitu ruang balok. “Akan lebih baik jika ada ruang untuk area balok. Karena balok merupakan salah satu area yang penting. Jumlah baloknya banyak sehingga kalau diletakkan dalam kelas membuat sumpek,” ungkapnya

Fasilitas lain yang menunjang kegiatan siswa khususnya untuk kegiatan ekstrakurikuler sudah terpenuhi. “Kalau di sini kegiatan ekstrakurikulernya hanya menari dan mengaji. Itu bisa dilakukan di dalam kelas. Hanya dua kegiatan tersebut yang kami miliki, sifatnya wajib diikuti semua siswa,” kata dia.
Meski usia siswa masih tergolong sangat kecil, yakni antara empat hingga lima tahun, namun rupanya mereka sudah sering tampil menari di beberapa kegiatan yang diadakan di tingkat kecamatan. “Tanggapan dari pihak luar cukup baik. Itu karena siswa sangat antusias menghafal tarian yang diajarkan pengajar yang memang sengaja kami panggilkan dari luar,” paparnya.

Untuk siswa kelompok A, gerakan tarian lebih ringan jika dibandingkan dengan kelompok B. “Kalau kelompok A masih tarian dolanan, sedangkan kelompok B sudah belajar tarian tradisional dan tari kreasi. Yang sering tampil siswa kelompok B, kalau kelompok A masih kerap rewel,” tandasnya. (awi/nji)

HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI
Yuni Susilowati  memeriksa koleksi buku perpustakaan yang disimpan di dalam keranjang
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger