HARSEM/M ICHWAN Guru SD Nasima mengadakan pentas drama untuk memeriahkan tujuhbelasan |
SELALU ada yang unik di Sekolah Nasima. Kemarin, SD, SMP dan SMA Nasima menggelar upacara dengan para pesertanya memakai baju mirip karnaval. Yakni aneka baju adat, kostum profesi, dan seragam sekolah biasa termasuk pramuka.
Namun yang paling unik, di kampus SD Nasima digelar pula drama yang diperankan para guru. Bertempat di aula, usai upacara bendera, para guru menampilkan cerita awal penjajahan Belanda hingga terjadinya clash pascakemerdekaan akibat Belanda datang hendak menjajah kembali.
Dikisahkan, pascakepergian Portugis dari Nusantara, pasukan utusan Ratu Belanda datang menemui penguasa Jawa waktu itu, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Mereka menawarkan kerjasama ekonomi. Berupa perdagangan dan pembangunan infrastruktur untuk rakyat Mataram.
Sultan Agung setuju dibangunkan selokan untuk pengairan sawah rakyat. Juga mengijinkan pembangunan jalur kereta api dan jalan raya. Namun ternyata Belanda mempraktikkan rodi, kerja paksa terhadap rakyat.
Setelah membangun parit irigasi, Belanda mewajibkan rakyat menyetor 1/5 hasil panennya. Yang tidak membayar disiksa. Tanah-tanah juga diambil Belanda untuk membangun perkebunan. Akibatnya rakyat melawan
Sepeninggal Sultan Agung, raja-raja Mataram silih berganti mendukung maupun melawan Belanda. Sampai terjadilah perang yang dikobarkan Pangeran Diponegoro. Pahlawan ini adalah anak dari selir Sultan Hamengkubuwono III, berani menentang ayahnya yang mendukung penjajah.
Karena licik, Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro dan memadamkan perlawanan rakyat Jawa. Semua diperankan apik oleh para guru laki-laki. Sedangkan para guru perempuan, berperan sebagai rakyat, dengan kostum petani.
Cerita berganti dengan setting persiapan kemerdekaan. Para pemain memerankan tokoh Bung Karno, Fatmawati, Bung Hatta, Sayuti Melik, dan Jenderal Sudirman.
Usai adegan proklamasi, diteruskan cerita kedatangan kembali Belanda yang berhasil menawan presiden Soekarno. Rakyat dipimpin Jenderal Sudirman melawan. Sultan Hamengku Buwono IX juga tak mau bekerjasama dengan Belanda.
Utusan Belanda yang diusir Sultan, mundur ke Magelang dan hendak menyerang Jogja. Tapi Kyai Subhi Parakan Temanggung, membentuk pasukan bambu runcing yang berani mati di jalan Allah (fi sabilillah).
Dengan senjata bambu runcing yang telah ditempeli keris Kyai Subhi dan didoakan secara khusus, rakyat gagah berani menyerbut tangsi-tangsi Belanda. Cerita berakhir dengan ditumpasnya pemeran pasukan Belanda.
Suasana puasa tak terasa sepanjang pagi itu. Anak-anak tampak cerita dengan upacara yang dipimpin Kepala SD Sri Budiani. (m ichwan/nji)
Namun yang paling unik, di kampus SD Nasima digelar pula drama yang diperankan para guru. Bertempat di aula, usai upacara bendera, para guru menampilkan cerita awal penjajahan Belanda hingga terjadinya clash pascakemerdekaan akibat Belanda datang hendak menjajah kembali.
Dikisahkan, pascakepergian Portugis dari Nusantara, pasukan utusan Ratu Belanda datang menemui penguasa Jawa waktu itu, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Mereka menawarkan kerjasama ekonomi. Berupa perdagangan dan pembangunan infrastruktur untuk rakyat Mataram.
Sultan Agung setuju dibangunkan selokan untuk pengairan sawah rakyat. Juga mengijinkan pembangunan jalur kereta api dan jalan raya. Namun ternyata Belanda mempraktikkan rodi, kerja paksa terhadap rakyat.
Setelah membangun parit irigasi, Belanda mewajibkan rakyat menyetor 1/5 hasil panennya. Yang tidak membayar disiksa. Tanah-tanah juga diambil Belanda untuk membangun perkebunan. Akibatnya rakyat melawan
Sepeninggal Sultan Agung, raja-raja Mataram silih berganti mendukung maupun melawan Belanda. Sampai terjadilah perang yang dikobarkan Pangeran Diponegoro. Pahlawan ini adalah anak dari selir Sultan Hamengkubuwono III, berani menentang ayahnya yang mendukung penjajah.
Karena licik, Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro dan memadamkan perlawanan rakyat Jawa. Semua diperankan apik oleh para guru laki-laki. Sedangkan para guru perempuan, berperan sebagai rakyat, dengan kostum petani.
Cerita berganti dengan setting persiapan kemerdekaan. Para pemain memerankan tokoh Bung Karno, Fatmawati, Bung Hatta, Sayuti Melik, dan Jenderal Sudirman.
Usai adegan proklamasi, diteruskan cerita kedatangan kembali Belanda yang berhasil menawan presiden Soekarno. Rakyat dipimpin Jenderal Sudirman melawan. Sultan Hamengku Buwono IX juga tak mau bekerjasama dengan Belanda.
Utusan Belanda yang diusir Sultan, mundur ke Magelang dan hendak menyerang Jogja. Tapi Kyai Subhi Parakan Temanggung, membentuk pasukan bambu runcing yang berani mati di jalan Allah (fi sabilillah).
Dengan senjata bambu runcing yang telah ditempeli keris Kyai Subhi dan didoakan secara khusus, rakyat gagah berani menyerbut tangsi-tangsi Belanda. Cerita berakhir dengan ditumpasnya pemeran pasukan Belanda.
Suasana puasa tak terasa sepanjang pagi itu. Anak-anak tampak cerita dengan upacara yang dipimpin Kepala SD Sri Budiani. (m ichwan/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.