Home » » Tujuhbelasan di SMPN 38 Semarang Tangan Terikat, Kepala Bercaping, Lantas Joget Dangdut

Tujuhbelasan di SMPN 38 Semarang Tangan Terikat, Kepala Bercaping, Lantas Joget Dangdut

Written By deuii phiitriie on Kamis, 11 Agustus 2011 | 13.45

BELASAN siswa SMP Negeri 38 Semarang terlihat berkumpul di halaman sekolah yang terletak di Jalan Bubakan. Kedua tangan mereka terikat ke belakang. Kepala mereka juga mengenakan capin
.
Seorang guru kemudian memberi aba-aba. Begitu komanda dibunyikan, musik dangdut memecah kesunyian.

Para siswa bercaping itu langsung megal-megol menggoyangkan pantatnya. Kemudian berlomba mencantelkan caping di sebuah pengait yang tergantung di tali. Tak mudah, dengan posisi tangan terikat, mereka harus menengadahkan kepala untuk mencantelkan caping. Dengan iringan gelak tawa siswa lain, mereka beradu cepat mencantelkan caping.  “Memang susah, tapi justru itu daya tariknya,” ungkap panitia lomba yang juga Ketua OSIS Anisa.

Menurut Anisa, lomba untuk merayakan tujuhbelasan. “Sengaja diadakan sebelum bulan Ramadan. Karena di bulan ramadan, siswa puasa,” jelas dara berwajah ayu ini.

Kegiatan dihelat 27-29 Juli. Ada tujuh jenis lomba. Selain caping, ada lomba memecah balon air, menyusun batang korek api di atas botol, menyedot minuman bersoda menggunakan sedotan yang disambung-sambung, makan krupuk, bulutangkis, serta kebersihan kelas.

“Lomba diikuti semua siswa, dari jelas VII hingga IX. Selama kegiatan, tidak ada pelajaran,” ungkap Anisa didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Musrihan.

Kepala Sekolah SPM Yuliana mengatakan tema lomba adalah Dengan Semangat Proklamasi, Kita Tingkatkan Kesatuan dalam Kebhinekaan untuk Memperkokoh Persatuan NKRI. “Tujuan kegiatan untuk menambah semangat dan membentuk karakter siswa dalam mencapai prestasi” jelasnya.

Menurut Yuliana, banyak prestasi yang dicapai sekolah utamanya di bidang sepakbola.  “Banyak siswa kami berprestasi di dunia sepakbola,” jelasnya saat ditemui Harsem di ruang kerjanya.

Meski begitu, sekolah dan siswa harus bersabar karena tak adanya lapangan yang memadai untuk memfasilitasi bakat mereka di bidang sepakbola. “Mereka tetap dilatih oleh guru olahraga. Namun di luar itu mereka diikutkan klub sepakbola oleh orangtuanya,” kata dia.

Dijelaskan, untuk mempertahankan prestasi, sekolah menerapkan sistem kaderisasi. “Setiap mengikuti lomba, kami melibatkan tim inti dan tim kader. Tim inti terdiri atas siswa kelas delapan, sedangkan tim kader terdiri atas siswa kelas tujuh,” urainya.

Selain itu, kegiatan eskul rebana juga cukup mendapatkan perhatian dari sejumlah siswa. “Mereka cukup antusias dalam mengikuti kegiatan rebana. Meski bisa dikatakan alat musik yang kami miliki tak lengkap. Namun hal  itu tak membuat semangat siswa menjadi kendor,” lanjutnya. (aris wasita widiastuti/nji)

HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI
Siswa SMPN 38 Semasant asyik mengikuti lomba joget caping
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger