Home » , , , , , » Harus Lebih Banyak Ngemong

Harus Lebih Banyak Ngemong

Written By Arind on Kamis, 15 September 2011 | 10.42

HARSEMARIS WASITA WIDIASTUTI
Yuniana Lisdyastuti
MAYORITAS sekolah biasanya banyak memberikan pelajaran kedisiplinan. Namun lain halnya dengan SMP Hasanudin 03 Semarang. Untuk memberikan pendekatan kepada siswa, guru harus lebih banyak ngemong agar siswa tetap semangat sekolah.
Hal itu disampaikan Kepala Sekolah Yuniana Lisdyastuti kepada Harsem saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu. Dijelaskan, sekolah swasta sangat berbeda dengan negeri, begitu juga karakter siswanya.
“Setiap hari adalah tantangan bagi kami, bagaimana kami bisa mencetak siswa unggul. Karena siswa yang mendaftar sekolah kami juga bukan siswa pilihan,” jelasnya.
Namun demikian, hal itu tak membuat guru menjadi kecil hati. “Kami ingin agar setelah lulus dari sekolah, siswa menjadi generasi muda yang unggul dan tidak kalah dari lulusan sekolah negeri,” kata dia.
Namun demikian, tak mudah merealisasikan harapan tersebut. “Siswa kami kebanyakan dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Ada beberapa siswa yang perilakunya kurang baik dan butuh pendekatan khusus” kata dia.
Untuk pendekatan tersebut, guru lebih memilih berinteraksi dengan cara kekeluargaan. “Di sekolah mereka adalah anak kami, untuk itu kami harus lebih banyak ngemong. Kami ingin menjadi orangtua bagi mereka,” jelasnya.
Hal itu dilakukan agar guru bisa memahami apa yang menjadi kendala siswa saat belajar. “Misalnya siswa mengalami kendala. Karena mereka menganggap kami sebagai orangtuanya, mereka pasti akan mengungkapkannya kepada kami. Dengan begitu kami bisa membantu kesulitan siswa,” paparnya.
Mengenai hal tersebut, kepala sekolah maupun guru memiliki visi yang sama. “Kami banyak memberikan pendidikan moral kepada siswa. Agar mereka tahu, semua ilmu pasti bermanfaat. Kalau mereka benar-benar ikhlas, pasti mendapatkan ilmu dari sekolah,” ungkapnya.
Hingga saat ini kenakalan siswa masih terkendali. “Tidak ada yang sampai melakukan tindakkriminal atau bolos berhari-hari. Ada sanksi bagi siswa yang tidak masuk tanpa keterangan selama tiga hari berturut-turut. Kami akan memanggil orangtuanya untuk datang ke sekolah,” ujarnya.
Diakuinya, mayoritas orangtuas iswa adalah pekerja swasta. Mereka juga kurang memiliki antusiasme terhadap pendidikan anaknya. Tak jarang undangan dari sekolah untuk orangtua siswa tak digubris. “Kalau kami memberikan undangan kepada siswa, yang datang separuhnya saja sudah bagus,” tukasnya.
Kendala lain yang dihadapi pihak sekolah yaitu ada beberapa siswa yang nunggak pembayaran. “Padahal SPP yang dibebankan relatif ringan yaitu Rp 70 ribu perbulan. Tapi masih ada saja yang telat membayar. Namun demikian, hal itu tak membuat kami surut untuk memberikan kualitas pendidikan terbaik kepada siswa,” tandasnya. (awi/nji)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger