KEKURANGAN tenaga pengajar menjadi kendala UPTD Pendidikan Kecamatan Genuk. Kepala UPTD Sumarno mengatakan hingga kini sejumlah sekolah di Kecamatan Genuk masih kekurangan guru dengan status PNS. Untuk mengatasinya, beberapa sekolah mempekerjakan guru wiyata bakti (WB). “Hingga saat ini, jalan keluarnya dengan mengangkat guru dengan status WB atau honorer,” jelasnya kepada Harsem saat dihubungi melalui ponsel, kemarin.
Langkah ini setidaknya bisa menjadi solusi sementara atas permasalahan kekurangan guru. “Selain itu, kami sudah mengajukan masalah kekurangan guru ini ke Dinas Pendidikan Kota Semarang. Malah setiap Juli kami selalu mengajukan,” kata dia.
Berdasar catatannya, pihaknya kekurangan tenaga pendidik sebanyak 29 guru. “Kekurangan untuk guru kelas. Kami juga masih butuh guru agama Kristen sebanyak dua orang,” terangnya.
Perihal kekurangan guru penjaskes, pihaknya mengaku tak mempermasalahkan jika ada yang rangkap sekolah. “Karena guru penjaskes juga harus memenuhi syarat sertifikasi. Salah satunya memenuhi jam pelajaran yang sudah ditentukan. Sehingga merangkap dua sekolah atau lebih saya kira tidak masalah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan kekurangan guru dialami sejumlah sekolah. “Antara lain SDN Genuksari 01 dan 02, SDN Trimulyo 01 dan 02, SDN Gebangsari 01 dan 02, SDN Muktiharjo Lor. SDN Bangetayu Wetan 02 dan 04, serta SDN Karangroto 01-04,” paparnya.
Di sisi lain, guru agama Islam jumlahnya lebih dari yang dibutuhkan. “Kami kelebihan delapan guru agama Islam. Untuk mereka diperbantukan mengisi dan membantu guru kelas yang sedang tidak bisa mengajar. Biasanya mengisi kelas yang kosong karena ditinggal guru kelas. Selain itu juga mengajar BTQ,” paparnya.
Perihal honor bagi guru wiyata bakti, sekolah mengikuti prosedur dari pusat. “Kami mempergunakan 20% dana BOS (bantuan operasional sekolah). Karena memang honor yang diberikan kepada guru honorer harus disesuaikan dana sekolah,” tukasnya. (awi/nji)
Langkah ini setidaknya bisa menjadi solusi sementara atas permasalahan kekurangan guru. “Selain itu, kami sudah mengajukan masalah kekurangan guru ini ke Dinas Pendidikan Kota Semarang. Malah setiap Juli kami selalu mengajukan,” kata dia.
Berdasar catatannya, pihaknya kekurangan tenaga pendidik sebanyak 29 guru. “Kekurangan untuk guru kelas. Kami juga masih butuh guru agama Kristen sebanyak dua orang,” terangnya.
Perihal kekurangan guru penjaskes, pihaknya mengaku tak mempermasalahkan jika ada yang rangkap sekolah. “Karena guru penjaskes juga harus memenuhi syarat sertifikasi. Salah satunya memenuhi jam pelajaran yang sudah ditentukan. Sehingga merangkap dua sekolah atau lebih saya kira tidak masalah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan kekurangan guru dialami sejumlah sekolah. “Antara lain SDN Genuksari 01 dan 02, SDN Trimulyo 01 dan 02, SDN Gebangsari 01 dan 02, SDN Muktiharjo Lor. SDN Bangetayu Wetan 02 dan 04, serta SDN Karangroto 01-04,” paparnya.
Di sisi lain, guru agama Islam jumlahnya lebih dari yang dibutuhkan. “Kami kelebihan delapan guru agama Islam. Untuk mereka diperbantukan mengisi dan membantu guru kelas yang sedang tidak bisa mengajar. Biasanya mengisi kelas yang kosong karena ditinggal guru kelas. Selain itu juga mengajar BTQ,” paparnya.
Perihal honor bagi guru wiyata bakti, sekolah mengikuti prosedur dari pusat. “Kami mempergunakan 20% dana BOS (bantuan operasional sekolah). Karena memang honor yang diberikan kepada guru honorer harus disesuaikan dana sekolah,” tukasnya. (awi/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.