 |
| HARSEM/SOKHIBUN NI’AM Prof Mustafid |
MASIH terbatasnya sejumlah program studi di jenjang pascasarjana menjadi salah satu masalah pokok yang menghambat perguruan tinggi swasta (PTS) mendapatkan akreditasi. Demikian disampaikan Ketua Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah Prof. Mustafid usai halal bihalal di Aula Kantor Kopertis, Jl Pawiyatan Luhur, Bendan Dhuwur Semarang, kemarin.
Menurutnya, pada beberapa program studi tertentu memang tidak tersedia layanan pendidikan sampai jenjang pascasarjana. Bahkan ada pula prodi yang hanya sampai S1, atau cuma sampai diploma 3 (D3). Hal itu menjadi masalah bagi sebagian besar dosen di PTS untuk memenuhi persyaratan minimal untuk memperoleh akreditasi.
“Untuk mengukur kompetensinya, pendidikan terakhir yang ditempuh dosen diatur dalam persyaratan minimal, misalnya dosen yang mengajar program strata 1 (S1) minimal harus sudah S2, mengajar S2 minimal S3. Padahal, persyaratan minimal dosen tersebut juga dibutuhkan dalam akreditasi lembaga tempat ia mengajar,” jelasnya.
Keterbatasan prodi tersebut ia contohkan salah satunya terjadi untuk prodi maritim. “Bisa jadi untuk prodi maritim itu hanya tersedia sampai jenjang D3. Adapun S1 dan S2-nya belum ada,” ucapnya.
Untuk mengatasi masalah itu, ia menawarkan solusi untuk dosen-dosen yang prodinya tidak tersedia sampai jenjang pascasarjana bisa melanjutkan studi di prodi yang masih relevan dengan bidang keilmuan yang selama ini ditekuninya.
“Bagi dosen lulusan maritim misalnya, bisa melanjutkan ke prodi kelautan, permesinan dan atau prodi lain yang relevan dengan bidang ilmu yang ditekuninya yang masih sesuai liniaritas,” ucapnya.
Ia juga mengungkapkan, bahwa sampai saat ini setidaknya ada sekitar 1.000 prodi yang dimiliki 243 PTS di wilayah Jateng, namun yang sudah terakreditasi sampai awal tahun ini hanya sekitar 63%, selebihnya belum terakreditasi.
“Kemungkinan, pada September ini sudah lebih banyak prodi yang terakreditasi, sebab prosesnya (akreditasi) berjalan setiap saat. Namun, keterbatasan prodi pascasarjana memang menjadi penghambat tersendiri,” tandasnya. (sna/nji)
Menurutnya, pada beberapa program studi tertentu memang tidak tersedia layanan pendidikan sampai jenjang pascasarjana. Bahkan ada pula prodi yang hanya sampai S1, atau cuma sampai diploma 3 (D3). Hal itu menjadi masalah bagi sebagian besar dosen di PTS untuk memenuhi persyaratan minimal untuk memperoleh akreditasi.
“Untuk mengukur kompetensinya, pendidikan terakhir yang ditempuh dosen diatur dalam persyaratan minimal, misalnya dosen yang mengajar program strata 1 (S1) minimal harus sudah S2, mengajar S2 minimal S3. Padahal, persyaratan minimal dosen tersebut juga dibutuhkan dalam akreditasi lembaga tempat ia mengajar,” jelasnya.
Keterbatasan prodi tersebut ia contohkan salah satunya terjadi untuk prodi maritim. “Bisa jadi untuk prodi maritim itu hanya tersedia sampai jenjang D3. Adapun S1 dan S2-nya belum ada,” ucapnya.
Untuk mengatasi masalah itu, ia menawarkan solusi untuk dosen-dosen yang prodinya tidak tersedia sampai jenjang pascasarjana bisa melanjutkan studi di prodi yang masih relevan dengan bidang keilmuan yang selama ini ditekuninya.
“Bagi dosen lulusan maritim misalnya, bisa melanjutkan ke prodi kelautan, permesinan dan atau prodi lain yang relevan dengan bidang ilmu yang ditekuninya yang masih sesuai liniaritas,” ucapnya.
Ia juga mengungkapkan, bahwa sampai saat ini setidaknya ada sekitar 1.000 prodi yang dimiliki 243 PTS di wilayah Jateng, namun yang sudah terakreditasi sampai awal tahun ini hanya sekitar 63%, selebihnya belum terakreditasi.
“Kemungkinan, pada September ini sudah lebih banyak prodi yang terakreditasi, sebab prosesnya (akreditasi) berjalan setiap saat. Namun, keterbatasan prodi pascasarjana memang menjadi penghambat tersendiri,” tandasnya. (sna/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.