Home » , , , , , » TK Karangsari Semarang Gaji Guru Rp 150 Ribu, Tanam Pisang di Sekolah

TK Karangsari Semarang Gaji Guru Rp 150 Ribu, Tanam Pisang di Sekolah

Written By Arind on Jumat, 09 September 2011 | 11.05

HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI
Bangunan TK Karangsari Semarang
\
AGAR siswa tidak bosan karena terus-menerus belajar di dalam kelas, outing class atau belajar di luar kelas menjadi pilihan TK Karangsari Semarang. Hal itu disampaikan Kepala TK, Endah saat ditemui Harsem di ruang kerjanya, kemarin. Dijelaskan, dalam outing class banyak hal yang bisa dipelajari siswa.
“Di antaranya, siswa kami ajak bercocok tanam. Ada berbagai tanaman yang mereka tanam sendiri di halaman sekolah,” jelasnya.
Di antaranya umbi-umbian serta buah. “Saat panen, semua siswa berhak menikmati panenan ini. Belum lama ini kami panen pisang, kami bagi-bagikan. Setiap siswa mendapatkan tiga buah pisang untuk dibawa pulang,” kata dia.
Dijelaskan, outing class penting untuk me-refresh pikiran siswa. “Supaya mereka nggak bosan, outing class kami adakan sekali dalam tiga bulan. Namun hanya di sekitar sekolah, misalnya di halaman sekolah,” terangnya.
Kegiatan outing class yang lebih besar dilakukan setiap akhir tahun. “Biasanya sekalian rekreasi, tahun lalu kami mengadakannya di Desa Keji, Kabupaten Semarang,” jelasnya.
Hal itu penting agar siswa bisa lebih dekat dengan alam. “Sifatnya outbond, namun untuk permainan yang dilakukan semua bersifat tradisional. Bahkan siswa juga kami ajak untuk berenang di sungai,” jelasnya.
Dikatakan, pada kegiatan tersebut para siswa sangat antusias. “Mereka sangat senang, untuk itu, kami berencana terus mengadakan kegiatan tersebut,” jelasnya.
Siswa yang dimiliki TK Karangsari sebanyak 40 anak. “Kelompok A ada 20 siswa dengan kisaran usia 4 hingga 5 tahun, sedangkan kelompok B 20 siswa dengan kisaran usia antara 5 hingga 6 tahun,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan, meskipun kepedulian orangtua relatif rendah, pihak sekolah tak ingin mengurangi kualias pembelajaran yang diberikan. “Jangan sampai siswa terkena imbas, meskipun SPP sering telat,” kata dia.
Untuk satu kelas yang terdiri atas 20 siswa tersebut, setiap bulannya yang membayar SPP tepat waktu tidak lebih dari 10 orang. “Bahkan sering kali kurang dari jumlah itu,” tambahnya.
Namun demikian, pihak sekolah berusaha memahami kondisi orangtua siswa. “Beberapa orangtua merupakan buruh, pembantu rumah tangga, dan tukang tambal ban. Penghasilan mereka tidak pasti,” jelasnya.
Diceritakan, tak jarang ada orangtua siswa yang mengantarkan anak ke sekolah dengan kondisi memprihatinkan. “Anak diantarkan ke sekolah dalam keadaan menangis, ibunya memasrahkan begitu saja kepada sekolah karena dia buru-buru akan bekerja membantu suaminya menjadi tukang tambal ban. Dia datang dengan belepotan oli,” tuturnya.
Untuk itu, Endah mengatakan, apa yang sudah dilakukan oleh guru di sekolah tersebut lebih ke arah kerja sosial. “Guru lama gajinya per Rp 250 ribu per bulan, sedangkan guru baru Rp 150 ribu. Pada kegiatan zakat kemarin, para guru mengumpulkan bermacam barang yang bisa dizakatkan untuk diberikan kepada siswa,” urainya.
Tak jarang, guru membelikan tas dan sepatu untuk para siswa. “Karena menunggu orangtuanya untuk membelikan juga tidak dibelikan, jadi kami yang membelikan tas dan sepatu bagi siswa,” tukasnya. (aris wasita widiastuti/nji)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger