Home » » Unika Gelar Nonbar “Soegija” Jangan Ada Lagi Fanatisme

Unika Gelar Nonbar “Soegija” Jangan Ada Lagi Fanatisme

Written By Sena on Senin, 11 Juni 2012 | 14.14


NONBAR: Wagub Jateng, Rustriningsih didampingi sutradara film “Soegija” Garin Nugroho (kiri) dan Rektor Unika Soegijapranata Prof Budi Widianarko seusai acara penghargaan MURI pada film “Soegija” kemarin(HARSEM/CUN CAHYA)


SEMARANG- Unika Soegijapranata gelar acara nonton bareng “Soegija” di Citra 21. Film yang mengangkat kembali nasionalisme dan humanism itu menyarankan di masa  mendatang tidak ada lagi fanatisme.

Tujuh puluh kakek nenek dari Bedono, Ambarawa datang ke Citra 21, Citraland untuk melihat pemutaran film “Soegija”, kemarin. Acara nonton bareng yang diadakan atas kerjasama dengan Unika Soegijapranata ini juga dihadiri Rektor Unika, Prof Budi Widianarko dan sejumlah dosen PTS tersebut.

Film yang disutradarai oleh Garin Nugroho ini menceritakan tentang visi Soegija saat jaman penjajahan Jepang dan Belanda pada tahun 1940. Theresia Yahmini (66) mengatakan, dirinya merupakan salah satu jemaah Soegija. "Saat saya masih kecil yang memberikan penguatan saya menjadi Khatolik adalah Romo Soegija," jelasnya.

Dirinya mengatakan, sangat senang bisa diberikan kesempatan untuk menonton film tersebut. "Saya memang pingin tahu sejarahnya romo, selama ini kan saya hanya mendengar, sekarang saya bisa melihat," ujarnya.

Sementara itu, Garin mengatakan, film tersebut layak diputar di Semarang. "Karena Semarang adalah kota yang multikultur, ini yang dipertontonkan oleh film ini," jelasnya.

Dirinya juga mengatakan, film ini mengangkat kembali nasionalisme dan humanisme. "Setiap agama wajib dan berhak menyiarkan kepemimpinan mereka. Bagi kita yang merasa itu tidak wajar berarti kemunduran," jelasnya.

Dirinya juga berharap, agar pada masa yang mendatang tidak ada lagi fanatisme. "Film ini adalah perjuangan dari kita untuk bangsa," tandasnya. Sementara itu, Wagub Jawa Tengah Rustriningsih yang juga hadir dalam acara nonton bareng tersebut mengatakan, film ini begitu banyak mengungkap sejarah. 

“Selain itu juga nilai-nilai muatan lokal yang begitu banyak. Yang lebih menarik lagi adalah film ini juga menampilkan figur yang bisa dicontoh untuk integritas,” urainya.

Dikatakannya pula, film ini sangat penting di era sekarang ini, dimana  banyak terjadi eksploitasi profesi. “Bukan hanya sebatas profesional tetapi masalah nilai-nilai pengabdian yang harus dibangkitkan kembali,” jelasnya.

Dirinya berharap, agar dengan menonton film ini bisa membangkitkan inspirasi bahwa karya putra putri Indonesia ini tentu ditunggu. “Tidak hanya karya tetapi betul-betul satu pengabdian kepada kepentingan nusa dan bangsa. Serta nasionalisme kita harapkan bisa tumbuh melalui film ini,” ujarnya.

Pada acara tersebut diberikan pula penghargaan dari MURI. Dua penghargaan MURI yang diberikan yaitu sebagai film dengan pemain terbanyak yakni 2775 pemain serta sebagai film dengan bahasa terbanyak yakni enam bahasa. Beberapa bahasa yang digunakan antara lain Indonesia, Belanda, Jepang, dan Jawa. (awi/15)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger