Home » , » Gubernur Lemhanas: (UPPER) Teknologi Informasi Bisa Lemahkan Negara

Gubernur Lemhanas: (UPPER) Teknologi Informasi Bisa Lemahkan Negara

Written By Sena on Rabu, 01 Agustus 2012 | 11.19

 SARASEHAN PANCASILA: Dari kiri Ketua Pengurus Yayasan 17 Agustus 1945 Ir Budi Darmawan, Gubernur Lemhanas Prof Dr Budi Susilo Supandji, Rektor Untag Semarang Wijaya SH MH, dan Ketua Pembina Yayasan 17 Agustus 1956 Prof Dr Sarsintorini, dalam Sarasehan Nasional Pancasila di Kampus Untag Semarang, baru-baru ini  (HARSEM/JBSM/DOK)


SEMARANG- Seluruh dampak eforia reformasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini perlu disikapi segenap komponen bangsa melalui pemahaman utuh dan menyeluruh dalam konteks semangat persatuan.  

Hal itu diungkapkan Gubernur Lemhanas Prof Dr Budi Susilo Supandji DEA dalam Sarasehan Nasional Pancasila "Kembali ke Nilai-nilai Pancasila sebagai Pedoman Arah Berbangsa dan Bernegara" di Kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Bendan Dhuwur, Semarang, baru-baru ini.
 
Maka, ia menekankan, tantangan terbesar generasi muda saat ini adalah kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat. Di satu ini kemajuan ini memberikan kontribusi positif bagi proses pembangunan, namun di sisi lain teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana melemahkan ketahanan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan suatu negara. 

"Itu telah dibuktikan dengan munculnya ketidakstabilan beberapa negara akibat penyebaran dokumen-dokumen rahasia melalui internet," katanya.  

"Primordialisme, SARA, masalah ketidakadilan, masalah korupsi, dan kesenjangan sosial ekonomi secara bertahap harus dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan," Dalam sarasehan tersebut, Gubernur Lemhanas didampingi Rektor Untag Wijaya SH MH, Ketua Pengurus Yayasan Pembina 17 Aguatus 1945 Budi Darmawan, Ketua Pembina Yayasan 17 Agustus 1945 Prof Dr Sarsintorini Putra SH MH, dihadiri para dosen Untag serta tokoh-tokoh masyarakat.
 
Oleh karena itu, kata Budi Susilo, pemuda harus mampu memelopori untuk memahami, menghayati, dan mengimplementasikan nilai-nilai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara - Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan RI, dan Sesanti Bhinneka Tunggal Ika- sebagai daya tangkal terhadap potensi yang mengancam NKRI.
 
Ia mengemukakan, globalisasi yang didominasi kemajuan ilmu pengetahuan dan arah teknologi reformasi telah mengubah pola hubungan antarbangsa dalam berbagai aspek. 

"Negara seolah tanpa batas, saling tergantung, saling terhubung, tidak ada satu pun negara di dunia yang mampu berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan warganya. 

Dominasi negara maju terhadap negara-negara berkembang kian menguat melalui konsep pasar bebas dalam lingkup global maupun regional," jelasnya.
 
Dalam kehidupan bermasyarakat, sambung dia, terjadi perubahan emosi, sikap, tingkah laku, opini, motivasi masyarakat, yang merupakan cerminan menipisnya secara signifikan terhadap nilai-nilai Pancasila.  

"Dampak demokratisasi yang tak terkendali dan tidak disadari dengan pemahaman nilai Pancasila, telah memunculkan sikap individualistis yang jauh berbeda dari nilai-nilai Pancasila," tandasnya. (yas/JBSM/15)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger