Home » , » Tersiksa di Dunia Kerja, Lari ke Dawai

Tersiksa di Dunia Kerja, Lari ke Dawai

Written By amoy ya annisaa on Kamis, 30 Agustus 2012 | 10.27

Yuda Prayitno (HARSEM/Adhitia A-JBSM)
 
SEMPAT mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Yuda Prayitno (36) harus pindah ke Semarang untuk menuruti orang tua. 
 
Dia kemudian menyelesaikan kuliah di salah satu universitas swasta di jurusan teknik elektro. Usai diwisuda, Yuda lantas bekerja di beberapa perusahaan yang sejalur dengan jurusannya.

Tapi bekerja tak sesuai dengan apa yang disuka membuatnya ‘tersiksa. Pria kelahiran Kendal itu akhirnya memutuskan keluar dan pindah profesi. Kini, dia menjadi pengajar di salah satu sekolah musik di Semarang yang membidangi gitar klasik.

“Saya belajar memetik gitar secara otodidak. Saya belajar dari teman-teman sepermainan dulu. Waktu itu, ingin belajar di sekolah musik tapi tak mungkin karena biayanya mahal,” jelas Yuda saat ditemui di ruang kerjanya Selasa (28/8).

Saat diterima di ISI jurusan musik, dia mengaku sangat senang. Namun, mengingat pesan orang tua, dia akhirnya memilih meninggalkan Jogja meski belum genap satu tahun kuliah. 
 
Di Semarang, selain menimba ilmu di bidang elektro, dia juga menimba ilmu gitar di sekolah musik. Dia lantas melampiaskan kegemarannya dengan memetik dawai gitar dari kafe ke kafe. Yuda selama beberapa tahun bergabung dalam band Dimensi dan sempat mewarnai dunia musik Semarang.

Keahliannya memetik gitar juga terus diasah. Gitar klasik menjadi perhatian khususnya karena memiliki karakter khas. Dia juga berkali-kali mengikuti festival di tingkat nasional. Terakhir, bulan lalu dia mengikuti Surabaya Guitar Festival dan berhasil menyabet juara dua.

Kini, Yuda coba menurunkan keahliannya itu pada anak didiknya. Setiap hari, ada 5-10 siswa yang mengikuti kelasnya.

“Sebagian besar murid saya adalah anak-anak. Tapi ada juga remaja dan orang tua,” tambahnya.
Kemarin Yuda juga membuktikan kepiawaiannya dalam memetik gitar dengan berbagai teknik. Salah satunya yakni teknik memukul tubuh gitar yang seolah membuat alat musik tersebut sebagai perkusi.
 
Yuda menegaskan, gitar bisa menjadi sumber bunyi apapun dengan kreativitas pemusiknya masing-masing. Yang utama, bunyi yang dihasilkan bisa diterima oleh pendengar. (Adhitia Armitrianto-JBSM/16)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Education - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger