Hujan deras sedang “giat-giatnya” mengguyur Kota Semarang. Siswa yang bersekolah di kawasan banjir harus memutar otak mencari jalan yang bebas genangan.
SEJUMLAH siswa memutuskan untuk memilih jalan memutar agar tak menemui genangan air. Namun tak sedikit yang memilih tetap menerjang, meski kondisi air sangat kotor.
Tak jarang siswa harus melepas sepatu, berjalan tanpa alas kaki demi menyelamatkan sepatu dan koas kaki dari rendaman air. Beberapa siswa yang mengalami hal tersebut adalah siswa SDN Dadapsari.
Irdan adalah salah satunya (12) . Dia terpaksa menjinjing sepasang sepatunya setiap berangkat dan pulang sekolah. Siswa kelas 6 SDN Dadapsari ini mengatakan, hal tersebut sering terjadi di kawasan sekolah mereka. “Bahkan air sering sampai halaman sekolah kami, jadi halaman yang biasanya bisa buat bermain jadi nggak bisa kalau musim hujan gini,” ujarnya lesu.
Dikatakan, hal tersebut tak lepas dari salah satu daerah yang ada di Kelurahan Dadapsari. “Hujan sebentar saja air langsung menggenang. Apalagi kalau hujan mengguyur sehari semalam seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu itu,” jelasnya.
Meski demikian, dirinya tak pernah hingga sakit gara-gara selalu bersentuhan dengan air hujan. “Nggak pernah sampai sakit kok. Soalnya sudah biasa sejak kelas satu,” akunya.
Dirinya pun tak pernah merasa terganggu dengan keadaan tersebut. “Karena sudah biasa, jadi sudah bukan gangguan lagi. Saya juga tak malas masuk ke sekolah. Saya lihat teman-teman juga tidak malas,” tukasnya.
Minum Vitamin
Begitu pula dengan Slamet (12). Dia menjelaskan, selama ini kondisi fisiknya tak pernah terganggu gara-gara melewati banjir saat ke sekolah. “Kan memang kalau musim hujan selalu banjir. Biasanya malah lebih tinggi dari ini,” kata dia.
Dia mengaku tak pernah merasa risih atau jijik dengan banjir yang selalu menggenang di sekitarnya. “Malah bisa bermain bersama teman-teman di genangan air begini,” candanya.
Meski demikian, dia mengatakan jika sudah lulus SD dan melanjutkan ke SMP, ingin pindah sekolah yang bebas dari bajir. “Biar nggak perlu lepas sepatu setiap berangkat dan pulang sekolah,” jelasnya.
Demikian halnya dengan Windu (11). Dia mengatakan, setiap hari selalu diberi vitamin oleh orang tuanya agar tak gampang terserang penyakit. “Pak guru dan Bu guru juga sudah mewanti-wanti untuk makan yang banyak dan istirahat cukup agar tak gampang terserang penyakit,” ujarnya.
Dia mengatakan, meski selalu melewati genangan air setiap berangkat maupun pulang sekolah, hal itu tak pernah membuatnya bolos sekolah.
“Kalau bolos nanti dimarahi bapak dan ibu. Lagi pula banyak teman senasib, sama-sama kebanjiran,” paparnya.
Seperti rekannya yang lain, dia tak pernah merasa terganggu oleh banjir yang kerap datang di musim penghujan. “Nggak terganggu kok. Kalau ingin main tapi halaman sekolah banjir, berarti mainnya di dalam kelas aja,” tuturnya polos. (awi/nji)
SEJUMLAH siswa memutuskan untuk memilih jalan memutar agar tak menemui genangan air. Namun tak sedikit yang memilih tetap menerjang, meski kondisi air sangat kotor.
Tak jarang siswa harus melepas sepatu, berjalan tanpa alas kaki demi menyelamatkan sepatu dan koas kaki dari rendaman air. Beberapa siswa yang mengalami hal tersebut adalah siswa SDN Dadapsari.
Irdan adalah salah satunya (12) . Dia terpaksa menjinjing sepasang sepatunya setiap berangkat dan pulang sekolah. Siswa kelas 6 SDN Dadapsari ini mengatakan, hal tersebut sering terjadi di kawasan sekolah mereka. “Bahkan air sering sampai halaman sekolah kami, jadi halaman yang biasanya bisa buat bermain jadi nggak bisa kalau musim hujan gini,” ujarnya lesu.
Dikatakan, hal tersebut tak lepas dari salah satu daerah yang ada di Kelurahan Dadapsari. “Hujan sebentar saja air langsung menggenang. Apalagi kalau hujan mengguyur sehari semalam seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu itu,” jelasnya.
Meski demikian, dirinya tak pernah hingga sakit gara-gara selalu bersentuhan dengan air hujan. “Nggak pernah sampai sakit kok. Soalnya sudah biasa sejak kelas satu,” akunya.
Dirinya pun tak pernah merasa terganggu dengan keadaan tersebut. “Karena sudah biasa, jadi sudah bukan gangguan lagi. Saya juga tak malas masuk ke sekolah. Saya lihat teman-teman juga tidak malas,” tukasnya.
Minum Vitamin
Begitu pula dengan Slamet (12). Dia menjelaskan, selama ini kondisi fisiknya tak pernah terganggu gara-gara melewati banjir saat ke sekolah. “Kan memang kalau musim hujan selalu banjir. Biasanya malah lebih tinggi dari ini,” kata dia.
Dia mengaku tak pernah merasa risih atau jijik dengan banjir yang selalu menggenang di sekitarnya. “Malah bisa bermain bersama teman-teman di genangan air begini,” candanya.
Meski demikian, dia mengatakan jika sudah lulus SD dan melanjutkan ke SMP, ingin pindah sekolah yang bebas dari bajir. “Biar nggak perlu lepas sepatu setiap berangkat dan pulang sekolah,” jelasnya.
Demikian halnya dengan Windu (11). Dia mengatakan, setiap hari selalu diberi vitamin oleh orang tuanya agar tak gampang terserang penyakit. “Pak guru dan Bu guru juga sudah mewanti-wanti untuk makan yang banyak dan istirahat cukup agar tak gampang terserang penyakit,” ujarnya.
Dia mengatakan, meski selalu melewati genangan air setiap berangkat maupun pulang sekolah, hal itu tak pernah membuatnya bolos sekolah.
“Kalau bolos nanti dimarahi bapak dan ibu. Lagi pula banyak teman senasib, sama-sama kebanjiran,” paparnya.
Seperti rekannya yang lain, dia tak pernah merasa terganggu oleh banjir yang kerap datang di musim penghujan. “Nggak terganggu kok. Kalau ingin main tapi halaman sekolah banjir, berarti mainnya di dalam kelas aja,” tuturnya polos. (awi/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.