 |
| HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI Siswoyo Hendro |
AGAR bisa mengikuti sertifikasi, guru harus mengajar minimal 24 jam per pekan. Namun syarat itu tak mudah dipenuhi, utamanya bagi guru agama. Banyak yang terpaksa mengajar lintas kecamatan.
Demikian dinyatakan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Pedurungan, Siswoyo Hendro. “Terutama guru agama Hindu. Kebetulan jumlah siswa beragama Hindu relatif sedikit. Guru harus putar otak untuk memenuhi jam mengajar sebanyak 24 jam dalam satu pekan,” urainya.
Dijelaskan, dirinya sering menyarankan kepada guru agama Hindu agar menghadap Dinas Pendidikan Kota Semarang supaya mendapatkan solusi. “Itu salah satu upaya yang bisa saya lakukan,” tambahnya.
Selain itu, beberapa guru mata pelajaran juga mengajar di banyak sekolah untuk memenuhi tenggat. “Kalau dihitung sesuai kuota, jumlah guru mata pelajaran tertentu masih kurang. Terutama mata pelajaran agama serta olahraga. Namun biasanya mereka merangkap di sekolah lain,” kata dia.
Sekarang pemerintah pusar menganjurkan sekolah tak menerima guru wiyata bakti. “Sebetulnya itu keuntungan bagi guru, karena mereka bisa memenuhi jam pelajaran,” tegasnya.
Dijelaskan, kekurangan guru di Kecamatan Pedurungan tak terlalu banyak. “berdasar data, kami cuma kekurangan delapan guru. Itu sudah termasuk tiga guru yang sebentar lagi purna tugas,” jelasnya.
Selain itu, dia meminta guru yang sudah kurang produktif untuk mengajukan pensiun dini. “Di sini ada satu guru olahraga yang kebetulan menderita sakit. Lantas saya sarankan agar mengajukan pensiun dini. Karena secara psikologis juga kasihan karena tidak bisa mengajar, jadi lebih baik konsentrasi untuk kesembuhannya. Ternyata beliau setuju,” ungkapnya. (awi/nji)
Demikian dinyatakan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Pedurungan, Siswoyo Hendro. “Terutama guru agama Hindu. Kebetulan jumlah siswa beragama Hindu relatif sedikit. Guru harus putar otak untuk memenuhi jam mengajar sebanyak 24 jam dalam satu pekan,” urainya.
Dijelaskan, dirinya sering menyarankan kepada guru agama Hindu agar menghadap Dinas Pendidikan Kota Semarang supaya mendapatkan solusi. “Itu salah satu upaya yang bisa saya lakukan,” tambahnya.
Selain itu, beberapa guru mata pelajaran juga mengajar di banyak sekolah untuk memenuhi tenggat. “Kalau dihitung sesuai kuota, jumlah guru mata pelajaran tertentu masih kurang. Terutama mata pelajaran agama serta olahraga. Namun biasanya mereka merangkap di sekolah lain,” kata dia.
Sekarang pemerintah pusar menganjurkan sekolah tak menerima guru wiyata bakti. “Sebetulnya itu keuntungan bagi guru, karena mereka bisa memenuhi jam pelajaran,” tegasnya.
Dijelaskan, kekurangan guru di Kecamatan Pedurungan tak terlalu banyak. “berdasar data, kami cuma kekurangan delapan guru. Itu sudah termasuk tiga guru yang sebentar lagi purna tugas,” jelasnya.
Selain itu, dia meminta guru yang sudah kurang produktif untuk mengajukan pensiun dini. “Di sini ada satu guru olahraga yang kebetulan menderita sakit. Lantas saya sarankan agar mengajukan pensiun dini. Karena secara psikologis juga kasihan karena tidak bisa mengajar, jadi lebih baik konsentrasi untuk kesembuhannya. Ternyata beliau setuju,” ungkapnya. (awi/nji)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.